RI Akan Kuasai 61 Persen Saham Freeport, IUPK Diperpanjang ke 2061

Ditujukan untuk mendorong ambisi hilirisasi Indonesia.

RI Akan Kuasai 61 Persen Saham Freeport, IUPK Diperpanjang ke 2061
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat sesi Pertemuan ASEAN Economic Ministers’ (AEM) Meeting - AIA (ASEAN Investment Area) Council di Semarang, Sabtu kemarin (19/8). (Dok. BKPM)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Pemerintah akan menambah kepemilikan saham pada PT Freeport Indonesia hingga 61 persen.
  • Dengan kepemilikan saham yang lebih besar, pemerintah dapat mendukung kebijakan hilirisasi dan diuntungkan dengan besaran dividen.
  • Perusahaan berencana memproduksi kawat tembaga untuk mendukung ekosistem industri kendaraan listrik dari hulu ke hilir di dalam negeri.

Jakarta, FORTUNE - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia, memastikan rencana pemerintah untuk menambah kepemilikan saham pada PT Freeport Indonesia (PTFI) sekaligus memperpanjang kontrak Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) perusahaan hingga 2061.

Dengan rencana penambahan tersebut, saham Indonesia terhadap PTFI nantinya bakal mencapai 61 persen.

Dengan saham lebih besar, pemerintah tidak hanya diuntungkan dengan dividen lebih besar, tapi juga beroleh dukungan pada Hilirisasi.

"Sekarang Freeport sudah menjadi perusahaan milik pemerintah Indonesia, karena kita sudah mayoritas. Kita beli kurang lebih sekitar hampir US$4 miliar. Dan dari pendapatan itu, sekarang dividen 2024 itu sudah hampir lunas dengan pendapatan itu," kata Bahlil dalam keterangannya, Jumat (3/5).

Bahlil juga menyebutkan bahwa dengan kepemilikan saham mayoritas di PTFI, pemerintah dapat lebih mudah menjalankan kebijakan hilirisasi, khususnya pada komoditas tembaga.

Bahlil menceritakan bagaimana pembangunan smelter PTFI di Gresik yang akhirnya berjalan karena adanya dorongan kuat dari pemerintah.

"US$3 miliar [untuk] bangun smelter di Gresik. Sekarang sudah jadi, bulan Mei [beroperasi]. Dan di situ kita sudah bisa produksi katoda tembaga. Dari 3 juta konsentrat yang dibawa dari Timika ke Gresik, itu menghasilkan 400.000 ton katoda tembaga, 60 ton emas," kata Bahlil

Dalam kesempatan tersebut, Bahlil juga mengatakan bahwa perpanjangan kontrak PTFI tidak terlepas dari rencana perusahaan untuk memproduksi kawat tembaga.

Kawat tembaga merupakan produk turunan tembaga yang bisa menghasilkan nilai 24 kali lipat. Dia mengatakan bahwa dengan memproduksi kawat tembaga, Indonesia akan semakin dekat dalam mewujudkan ekosistem industri kendaraan listrik dari hulu ke hilir di dalam negeri.

"Kalau tembaganya ada, itu kita bangun pabrik mobil. Copper Wire (kawat tembaga) itu bungkus untuk baterai. Jadi kita bangun ekosistemnya semua di Indonesia. Supaya kita jadi negara produsen yang disegani dunia," ujar Bahlil.

Alasan kebijakan hilirisasi pemerintah

Selain bercerita tentang PTFI, Bahlil berbicara tentang arah kebijakan pemerintah mengenai hilirisasi. 

"Tujuan kita berbangsa dan bernegara ini apa? Menciptakan kesejahteraan. Itu salah satu tujuan kita. Lewat apa? Mengelola sumber daya alam. Pasal 33 UUD 45," kata Bahlil.

Lebih jauh, Bahlil mengingatkan agar Indonesia tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan hanya mengeksploitasi komoditas mentah.

Menurutnya hal ini terjadi karena salah kebijakan. Itulah kenapa pemerintah perlu mengubah arah kebijakan dengan membangun hilirisasi. Tujuannya adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional dan menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas.

"Pada saat minyak kita banyak, kita tidak membangun hilirisasi? Apakah kita mempunyai refinery (pemurnian) yang cukup? Kita punya masa keemasan kayu. Kayu di Kalimantan, kayu di Papua, kayu di Maluku. Hebat-hebat semua. Tapi kita ekspor log [kayu gelondongan] semua," ujar Bahlil.

Magazine

SEE MORE>
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024

Most Popular

Apa Itu BRICS: Sejarah dan Perannya Melawan Dominasi G7
Indonesia Mulai Proses Pengajuan Keanggotaan BRICS
Melawan Putusan Pailit, Sritex Ajukan Kasasi
Prabowo Bakal Hapus Utang 6 Juta Petani & Nelayan, Jadi Beban Bank?
RI Bakal Gabung BRICS, CSIS: Tak Perlu Karena Sudah Ada di G20
SIDO Bagi Dividen Interim Rp18/Saham, Ini Jadwalnya