Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan cadangan beras yang dimiliki Indonesia di gudang milik Perum Bulog masih kurang meski perusahaan itu telah mengantongi cadangan beras pemerintah (CBP) 1,7 juta ton.
“Kita harus menambah lagi sampai akhir tahun 1,5 juta ton,” kata Jokowi saat keterangan pers usai panen padi di Desa Ciasem, Subang, yang disiarkan secara virtual, Minggu (8/10).
Kendati panen yang dilakukan di Desa Ciasem mencapai 9 ton per hektare, yang menurutnya cukup tinggi, Jokowi mengatakan langkah impor beras tetap harus diambil karena produksi yang ada tetap kurang untuk memenuhi kebutuhan.
Ketika dikonfirmasi mengenai alasan impor beras, Jokowi mengatakan siklus cuaca El Nino berdampak ke produktivitas pertanian di Indonesia.
“El Nino akan pengaruhi produksi dan hasil panen yang ada. Sekali lagi, karena El Nino produksi itu tetap menurun, tetap berkurang," ujar Jokowi.
Mahalnya beras sudah dari hulu
Jokowi juga menyoroti harga gabah di tingkat petani yang masih cenderung tinggi, yang menurutnya memiliki dampak positif dan negatif.
“Ini petani kita pada senang harga gabah mahal, ada yang jual gabahnya Rp7.300, ada yang Rp7.400, Rp7.500, sampai Rp7.600 (per kilogram). Kalau petaninya senang, ini yang enggak senang pembeli berasnya,” ujarnya.
Jokowi mengatakan mahalnya harga gabah saat ini berkontribusi pada kenaikan harga komoditas beras di pasar domestik yang perlu diantisipasi.
"Harus kita atasi dengan menggerojok (beras) sebanyak-banyaknya, memasok sebanyak-banyaknya ke pasar, agar harga bisa turun," kata dia.
Strategi tersebut, kata Jokowi, efektif menekan harga komoditas beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur. "Sementara ini di Cipinang, harga sudah turun. Tapi kita harapkan juga di pasar sudah, di konsumen juga," kata Jokowi.
Untuk mengerem kenaikan harga beras, pemerintah melalui Perum Bulog telah menyalurkan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke pasar. Beras SPHP dibanderol Rp10.900 per kilogram diharapkan dapat menurunkan harga komoditas ini di tingkat konsumen.