Jakarta, FORTUNE - PT Berdikari (Persero) mengajukan tambahan kuota impor daging sapi karena stok yang dimiliki perseroan akan habis pada November 2022.
“Kita realisasi importasi daging 2022 dari Brasil, yang (impor daging) 20 ribu ton sudah abis,” kata Direktur Utama Berdikari, Harry Warganegara, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, Senin (9/5).
Jika tak kunjung mendapat penugasan importasi daging, kata Harry, pada 2023 perusahaan tidak mempunyai stok daging untuk menstabilkan harga di pasar. Dia pun telah menyampikan permintaan tambahan kuota impor ini kepada Kementerian BUMN.
Namun, Harry tidak mengungkapkan jumlah kuota tambahan yang diinginkan.
Bila berkaca pada penugasan sebelumnya, Berdikari mendapat izin impor daging sapi Brasil pada akhir kuartal I-2021 sebanyak 20 ribu ton. Kemudian, daging sapi itu butuh waktu dua bulan untuk masuk ke Indonesia sejak izin impor disetujui. Daging didatangkan secara bertahap hingga Oktober 2022.
Akibat adanya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Harry menyebut banyak sapi dalam negeri terpaksa dipotong dini. Akibatnya, stok daging lokal perusahaan selama dua bulan ke belakang mengalami kelebihan pasokan.
Kedati demikian, dia mengatakan akan ada lonjakan permitaan daging pada akhir tahun, yang dikhawatirkan akan melambungkan harga daging domestik jika stoknya tidak memadai. “Ini akan besar (permintaan), kalau tidak diimbangi penugasan sapi Brasil,” ujarnya.
Penambahan penyuplai daging dari Brasil
Selain penambahan kuota impor, perusahaan juga meminta kepada Kementerian Pertanian untuk menambahkan penyuplai daging sapi dari Brasil. Saat ini distributor daging sapi Brasil hanya dua, yakni Minerva Foods dan JBS.
Usulan tersebut untuk menambah pilihan, dan membuat harga daging jadi lebih kompetitif. “Pemerintah Brasil sudah mengusulkan penambahan rumah potong baru 20. Ini sudah diusulkan sejak tahun lalu,” tutur Harry.
Dalam data Kementerian Pertanian, kebutuhan daging meningkat dari 669.731 ton menjadi 706.388 ton.
Produksi nasional pada 2022 ditaksir 436.704 ton, naik dari 423.443 ton pada 2021. Dengan stok awal tahun yang berjumlah 62.485 ton, Indonesia diperkirakan masih defisit 207.199 ton.
Pemerintah juga menetapkan stok cadangan 58.886 ton sehingga kebutuhan impor menyentuh 266.065 ton.
Perkembangan PMK di Indonesia
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Nasrullah, menyatakan kematian ternak akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tidak berdampak signifikan terhadap jumlah populasi hewan ternak sapi di Tanah Air.
Nasrullah memaparkan jumlah ternak yang mati akibat PMK per 31 Agustus secara nasional adalah 7.718 atau sekitar 0,04 persen dari total populasi sekitar 18-19 juta ternak sapi-kerbau. Kasus kematian ternak terbanyak akibat PMK terjadi di Jawa Barat dengan total 3.340 ekor.
Berdasarkan laporan Pusat Krisis PMK per 5 September 2022, dari total 517.213 hewan ternak yang sakit, 379.682 dinyatakan sembuh sehingga sisa hewan ternak yang belum sembuh mencapai 118.237 ekor yang tersebar di 15 provinsi.