Empat Komoditas Pangan Ini Masih Impor Karena Defisit

Kedelai komoditas pangan paling banyak diimpor.

Empat Komoditas Pangan Ini Masih Impor Karena Defisit
Pekerja menunjukkan kedelai impor yang harganya melambung di sentra industri tahu dan tempe Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta, Senin (21/2/2022). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/wsj.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan pasokan empat komoditas pangan belum aman hingga akhir 2022.

"Untuk kedelai, bawang putih, daging lembu sapi dan gula konsumsi pemenuhannya tidak hanya produksi dalam negeri, tetapi juga dengan substitusi impor yang ada," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, Selasa (22/3).

Data prognosis neraca komoditas pangan strategis Januari-Desember 2022 menunjukkan ketersediaan keempat komoditas tersebut secara domestik masih defisit.

Kedelai mengalami defisit 2,59 juta ton, Bawang putih 366,9 ribu ton, daging sapi defisit 134,35 ribu ton, dan gula konsumsi minus 234,69 ribu ton. 

Stok pangan jelang Ramadan

Kendati begitu, Syahrul memastikan ketersediaan 12 jenis bahan pangan nasional aman menjelang Ramadan dan Lebaran Idul Fitri 2022. Dia pun mengaku telah menyiapkan langkah antisipasi untuk menjaga stok pangan. "Stok akhir hingga Mei 2022, stok relatif aman," ujarnya.

Ke-12 bahan pokok yang dijamin pemerintah adalah beras, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai merah keriting dan rawit merah, daging sapi, daging dan telur ayam ras, gula konsumsi hingga minyak goreng.

Syahrul mengatakan khusus untuk komoditas beras yang menjadi pangan pokok utama, produksi domestik masih bisa memenuhi keseluruhannya. Prognosis data Kementan mencatat, ketersediaan beras bahkan akan surplus sekitar 7,5 juta ton tahun ini . "Dengan penghitungan pada saat panen raya, ketersediaan beras aman," kata Syahrul.

Kebijakan atasi lonjakan harga kedelai

Syahrul mengatakan Kementan juga telah menyusun agenda untuk menstabilkan pasokan dan harga. Misalnya, lonjakan harga kedelai disiasati dengan agenda jangka pendek dengan membangun buffer stock 20.000 ton per bulan, dan agenda sementara seperti memperluas tanaman kedelai di bulan April, Juni, dan Juli-Oktober masing-masing 300 ribu hektare dengan target produksi 450 ribu ton.

Lalu, untuk target jangka panjang, Kementan sudah menargetkan tahun depan akan dilakukan penanaman kedelai seluas 750 ribu hektare dengan target produksi 1,12 juta ton, dan pada 2024 akan dilakukan penanaman seluas 1 juta ha dengan produksi diperkirakan 1,5 juta ton.  

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya