BI: Penjualan Rumah di Indonesia pada Triwulan III 2024 Anjlok 7,14%

Kenaikan harga bangunan menjadi salah satu faktor penurunan.

BI: Penjualan Rumah di Indonesia pada Triwulan III 2024 Anjlok 7,14%
Ilustrasi penyaluran kredit perumahan. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Bank Indonesia (BI) mencatat data penjualan properti residensial turun 7,14 persen YoY pada triwulan III-2024.
  • Tipe rumah kecil dan menengah mengalami kontraksi penjualan, sementara tipe besar masih tumbuh namun melambat.
  • Faktor penghambat penjualan properti antara lain kenaikan harga bangunan, masalah perizinan, uang muka tinggi pada KPR, dan masalah perpajakan.

Bank Indonesia (BI) mencatat data penjualan Properti Residensial pada triwulan III-2024. Pada data terbaru tersebut, penjualan properti residensial di pasar primer secara tahunan (year-on-year/YoY) mengalami penurunan 7,14 persen.

Sedangkan, pada posisi triwulan II-2024 data penjualan properti residensial justru tumbuh 7,30 persen YoY.

Penurunan penjualan rumah terjadi pada tipe rumah kecil dan menengah masing-masing terkontraksi 10,05 persen YoY dan 8,80 persen YoY. Sementara tipe besar masih tumbuh, namun melambat dari 27,41 persen YoY menjadi 6,83 persen YoY.

Secara triwulanan, penjualan rumah juga mengalami penurunan. Penjualan rumah primer pada triwulan III-2024 turun 7,62 persen (quarter-to-quarter/QtQ), melanjutkan kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 12,80 persen QtQ.

Adapun, BI mencatat penurunan penjualan rumah selama triwulan III-2024 terjadi pada seluruh tipe rumah.

Tipe kecil dan menengah masing-masing terkontraksi 9,80 persen QtQ dan 5,25 persen QtQ, namun tidak sedalam kontraksi pada triwulan II-2024. Sementara itu penjualan rumah tipe besar yang sebelumnya masih tumbuh 5,08 persen QtQ, menjadi terkontraksi 4,47 persen QtQ pada triwulan III-2024.

Berdasarkan riset BI, sejumlah faktor yang menghambat pengembangan dan penjualan properti residensial adalah kenaikan harga bangunan yakni mencapai 38,98 persen, masalah perizinan 27,33 persen, proporsi uang muka tinggi pada pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) 18,53 persen, dan perpajakan 15,61 persen.

Sementara itu, dalam riset BI menunjukkan bahwa tingginya suku bunga KPR dianggap tidak menghambat pengembangan dan penjualan properti. Hal ini tecermin dari tren perlambatan suku bunga KPR, di mana pada triwulan III-2024 realisasi suku bunga KPR sebesar 7,46 persen.

Dari sisi konsumen, mayoritas pembelian rumah primer dilakukan dengan cara KPR, dengan pangsa pasar sebesar 75,80 persen.

Selanjutnya, pembelian rumah primer melalui pembayaran tunai bertahap dan tunai masing-masing memiliki pangsa pasar 17,24 persen dan 6,96 persen.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

IDN Channels

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya