Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengungkapkan menu susu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) memiliki opsi menggunakan Susu Ikan. Namun, susu ikan bakal melewati uji coba terlebih dulu sebelum benar-benar masuk ke dalam menu program MBG.
Adapun, penggunaan susu ikan disesuaikan dengan daerah masing-masing. Daerah yang memiliki potensi untuk memproduksi susu akan mendapatkan susu biasa, sedangkan daerah yang kaya akan sumber protein ikan berpotensi menerima susu ikan.
"Nanti kami akomodasi. Tapi, seluruh produk yang masuk di program Makan Bergizi Gratis itu selalu melalui uji coba. Jadi nanti kami uji coba dulu," kata Dadan usai kegiatan BNI Investor Daily Summit 2024 di Jakarta, Selasa (8/10/2024), dikutip dari Antara.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Budi Sulistyo menyatakan bahwa harga susu ikan diharapkan bisa lebih terjangkau seiring dengan bertambahnya jumlah produsen produk susu tersebut.
Ia menjelaskan, saat ini harga susu ikan masih relatif tinggi karena jumlah produsen hidrolisat protein ikan (HPI), yang menjadi bahan baku susu ikan, masih terbatas.
Saat ini, satu pabrik HPI yang sudah beroperasi berlokasi di Indramayu, Jawa Barat. Menurut Budi, pabrik tersebut dapat memproduksi bahan baku untuk 100.000 botol susu ikan siap minum dengan ukuran 200 ml. Berdasarkan informasi dari produsen, harga satu botol susu ikan untuk kemasan siap minum sekitar Rp5.000.
Sementara itu, susu ikan dalam kemasan kotak 350 gram yang dijual dengan harga antara Rp115.000 hingga Rp118.000.
Merek susu ikan yang diuji coba saat ini yakni Surikan Forayya kemasan kotak 350 gram. Di marketplace resmi Forayya, susu ikan ini dibanderol Rp125.130 per kotak.
Untuk diketahui, Badan Gizi Nasional menyatakan bahwa pemerintah akan menggelontorkan anggaran mencapai Rp800 miliar per hari untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis pada masa pemerintahan presiden terpilih, Prabowo Subianto.
Program Makan Bergizi Gratis tersebut merupakan salah satu Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) atau quick win.
Dadan menjelaskan, Badan Gizi Nasional akan memiliki total pengeluaran anggaran sebesar Rp1,2 triliun per hari, dengan 75 persen dari anggaran itu dialokasikan untuk program intervensi penyediaan makanan bergizi.