Emiten gerai minuman manis Teguk atau PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK) buka suara setelah diminta penjelasan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenai jumlah karyawan. Brand Teguk mengakui jumlah karyawan tetap hanya empat orang, dan berkurang menjadi tiga karyawan tetap pada periode 31 Desember 2024.
“Jumlah karyawan tetap perseroan periode 31 Desember 2024 adalah 3 karyawan tetap,” ujar Direktur Utama TGUK, Maulana Wahab dikutip Senin (10/2).
Adapun posisi empat karyawan tetap memegang jabatan seperti Supply Chain Manager, IT Manager, F&B Manager, dan Ass Manager Bussines Development.
Maulana menjelaskan, posisi Supply Chain Manager bertanggung jawab terhadap pengelolaan rantai pasokan perseroan mulai dari pengadaan bahan baku, sampai distribusi bahan baku ke gerai-gerai.
Kemudian, IT Manager bertanggung jawab untuk mengelola dan mengkoordinasikan seluruh aspek teknologi informasi (TI) perseroan. F&B Manager bertanggung jawab untuk melakukan riset atas produk baru, dan terjaganya kualitas makanan dan minuman yang dijual di gerai.
Keempat, Ass Manager Bussines Development bertanggung jawab terhadap mencari peluang-peluang kerja sama dengan pihak ketiga, pengembangan channel-channel baru perseroan.
Saat ini, sebagian besar karyawan Teguk merupakan outsourcing. Perseroan melaporkan jumlah tenaga outsourcing per 30 September 2024 adalah 67 karyawan, naik pada 31 Desember 2024 menjadi 483 orang. Sementara direksi dan komisaris perseroan tercatat sebanyak 5 orang.
Namun demikian, Teguk berjanji untuk menambah jumlah karyawannya jika pendapatan perseroan mengalami perbaikan.
“Untuk ke depannya perseroan akan menambah jumlah karyawan sesuai dengan pertumbuhan perseroan,” tulis Maulana.
Kinerja Teguk minus
Menurut laporan keuangan, TGUK mengalami kerugian sebesar Rp20,1 miliar hingga September 2024. Angka ini berbanding terbaik dengan kinerja pada periode yang sama tahun lalu, yakni perusahaan masih mencatatkan keuntungan sebesar Rp4,1 miliar.
Penurunan laba ini disebabkan oleh turunnya pendapatan TGUK, yang tercatat sebesar Rp69,8 miliar pada periode September 2024. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, Teguk meraih pendapatan Rp100,1 miliar. Hal itu merupakan penurunan sebesar 30,27%.
Maulana membeberkan latar belakang penurunan pendapatan tersebut. Menurutnya, kondisi dinamika pasar menekan kelompok menengah ke bawah yang merupakan target pasar TGUK.
Kemudian, daya beli masyarakat sangat rendah, penurunan ini sudah dirasakan di Q1, Q2, dan Q3. Terakhir, pelanggan merasakan bahwa membeli online melalui platform online menjadi lebih mahal.
Di sisi lain, dalam laporannya ke BEI, Kamis (6/2), TGUK membukukan utang bank sebesar Rp5 miliar ke BRI dengan status utang tersebut sudah jatuh tempo.
Perseroan pun melakukan adendum dengan pihak BRI untuk perpanjangan kredit agar dapat diperpanjang 12 bulan sejak jatuh tempo tanggal 27 Januari 2025.
Pada 2025, TGUK tidak lagi berencana menambah utang bank sebagaimana yang disampaikan pada penjelasan informasi ke BEI.
“Hingga saat ini perseroan tidak memiliki rencana untuk penambahan utang bank di tahun 2025,” ujarnya.
Selain utang bank, TGUK juga tercatat membukukan utang lembaga keuangan sebesar Rp2,9 miliar sejak 20 Maret 2024. Dana yang diperoleh oleh perseroan dari lembaga keuangan di gunakan untuk pembiayaan Mo-Grim atau gerobak es krim,
“Besaran bunga lembaga keuangan adalah 17,50%,” tulis Maulana.
Saat ini, Teguk sedang melakukan restrukturisasi utang kepada semua vendor, dan perseroan menargetkan masalah utang usaha akan selesai pada 2025.
Adapun, kendala yang dihadapi dalam TGUK dalam pembayaran utang usaha tersebut dijelaskan karena melihat pertumbuhan penjualan yang negatif di banyak gerai sehingga mempengaruhi cash flow perusahaan.