Pemerintah Sudah Impor Beras 3,2 Juta Ton, Terbanyak dari Thailand

Nilai impor beras hingga September capai Rp31,2 triliun

Pemerintah Sudah Impor Beras 3,2 Juta Ton, Terbanyak dari Thailand
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dan Dirut Bulog Budi Waseso saat meninjau pembokaran perdana kedatangan beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok (PTP) um’at (16/12). (Dok. Bulog)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Impor beras Januari hingga September 2024 mencapai 3,2 juta ton, dengan nilai impor 2,01 miliar dolar AS atau setara Rp31,2 triliun.
  • Negara asal impor terbesar yakni Thailand, Vietnam dan Pakistan.
  • Produksi beras Indonesia turun seiring luas panen padi juga mengalami penurunan akibat El Nino.

Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, melaporkan Realisasi Impor Beras yang terhitung dari Januari hingga September 2024 mencapai 3,2 juta ton.

Dari total volume tersebut, tercatat nilai impor mencapai 2,01 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau setara Rp31,2 triliun, dengan asumsi kurs Rp15.580. Adapun, negara asal impor terbesar berasal dari Negeri Gajah Putih, Thailand.

“Negara asalnya yang paling banyak Thailand, Vietnam dan Pakistan,” ujar Amalia dalam konferensi pers, Selasa (15/10).

Pada kesempatan yang sama, BPS melaporkan penurunan proyeksi produksi beras nasional pada 2024 akibat penurunan luas panen padi. Secara rinci, produksi beras untuk konsumsi pangan diperkirakan mencapai 30,34 juta ton, atau berkurang sekitar 2,43 persen dari 31,10 juta ton pada 2023.

"Produksi beras pada periode Januari-April 2024 turun 1,91 juta ton dibandingkan periode yang sama pada 2023," kata Amalia.

Meski demikian, BPS memproyeksikan masih adanya peningkatan produksi pada periode Mei-Agustus dan September-Desember masing-masing sebesar 0,16 juta ton dan satu juta ton dibandingkan dengan tahun lalu.

Produksi puncak diprediksi terjadi pada April 2024, mencapai 5,38 juta ton, sedangkan produksi terendah akan terjadi pada Januari, yaitu 0,87 juta ton.

Di sisi lain, penurunan juga terjadi pada produksi Gabah Kering Giling (GKG) sebesar 1,32 juta ton menjadi 52,66 juta ton pada 2024, dibandingkan dengan 53,98 juta ton pada 2023.

Selama Januari-September 2024, produksi GKG diperkirakan mencapai 43,28 juta ton, mengalami penurunan sekitar 4,68 persen atau 2,12 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Luas panen menyusut dan dampak El Nino

Penurunan proyeksi produksi beras ini sejalan dengan menyusutnya luas panen padi nasional yang diperkirakan mencapai 10,05 juta hektare pada 2024, turun 0,17 juta hektare dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Amalia menyebutkan bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh fenomena El Nino yang berdampak pada paruh kedua 2023, menyebabkan mundurnya musim tanam.

"Luas panen padi pada Januari-April 2024 mengalami penurunan sebesar 0,64 juta hektare dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata dia.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil