Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan 30 persen produk BBM jenis Pertamax dan Pertalite masih impor. Karena itu, untuk mengurangi volume impor dua produk tersebut, Pertamina berencana mencampurnya dengan etanol yang bahan bakunya tersedia di dalam negeri
Untuk Pertalite misalnya, Pertamina berencana melakukan campuran etanol sebesar 7 persen (E7) tahun depan.
Dus, produk Pertalite akan mengalami kenaikan oktan (RON) dari 90 menjadi 92 dan menjadi Pertamax Green 92. Harapannya, Pertamax dapat diproduksi seperti biodiesel yang merupakan campuran solar dengan etanol. Sehingga, Pertamina tak perlu lagi melakukan impor dalam jumlah besar.
"Ini yang harus kita jaga. Oleh karena itu, kami akan dorong agar mandiri, jadi kita dorong biodiesel untuk solar. Nah ini gasoline ini kita perlu campur juga dengan bioenergi untuk jangka panjang," kata Nicke dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2023, Senin (4/9).
Perusahaan migas itu masih mengkaji produk Pertamax Green 92 sebagai Pertalite, dan menjadikannya bagian dari Program Langit Biru Tahap II.
“Program tersebut merupakan hasil kajian internal Pertamina. Belum ada keputusan apa pun dari pemerintah. Tentu ini akan kami usulkan dan akan kami bahas lebih lanjut,” ujar Nicke dalam keterangan resmi, Kamis (31/8).
Nicke mengatakan jika usulan tersebut dapat dibahas dan menjadi program pemerintah, harganya pun tentu akan diatur oleh pemerintah.
“Tidak mungkin jenis BBM khusus penugasan (JBKP) harganya diserahkan ke pasar karena ada mekanisme subsidi dan kompensasi di dalamnya,” katanya.
Kajian tersebut dilakukan untuk menghasilkan kualitas BBM yang lebih baik karena bahan bakar dengan kadar oktan lebih tinggi akan semakin ramah lingkungan.
“Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik, sehingga untuk mesin juga lebih baik, sehingga emisi juga bisa menurun. Namun, ini baru usulan sehingga tidak untuk menjadi perdebatan,” ujarnya.
Cuma jual 3 produk bensin
Dalam pemaparannya di hadapan Komisi VII DPR (30/8/2023), Nicke menyampaikan Pertamina hanya menjual tiga jenis BBM pada 2024, yakni Pertamax Green (RON 92), Pertamax Green 95 (RON 95), dan Pertamax Turbo.
Sementara Pertalite dan BBM RON 90 takkan lagi dijual karena akan dicampur dengan etanol menjadi Pertamax Green 92.
"Oleh karena itu 2024 mohon dukungannya juga," katanya.
Rencana itu, menurutnya, merupakan bagian dari road map yang telah disepakati dengan pemerintah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas BBM yang dijual ke masyarakat.
"Kita dulu dua tahun dulu mulai program Langit Biru. Program pertama adalah menaikkan BBM subsidi dari RON 88 menjadi RON 90. Ini kita lanjutkan sesuai dengan rencana program Langit Biru tahap dua, di mana BBM subsidi kita naikkan dari RON 90 ke RON 92. Karena aturan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) itu menyatakan octan number yang boleh dijual di Indonesia itu minimum 91," ujarnya.
Strategi untuk mencampur gasoline dengan etanol diharapkan memiliki dampak positif baik dari sisi lingkungan maupun ekonomi. Dengan strategi tersebut, ia berharap hingga 2025 permintaan akan etanol akan meningkat seiring dengan konsumsi BBM.
"Dan gradually 2025 tentu kita berharap investasi di sektor bioenergi akan meningkat, apalagi pemerintah sudah mengeluarkan Perpres yang baru, di mana kemudian mengalokasikan 700 ha untuk swasembada gula maupun etanol. Jadi, kami berharap dari situ ada tambahan 2 juta KL untuk campuran dari gasoline ini," katanya.