APBN Defisit Rp153,7 Triliun per Agustus 2024

Keseimbangan primer masih surplus Rp161,8 triliun.

APBN Defisit Rp153,7 Triliun per Agustus 2024
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan keterangan saat konferensi pers APBN KiTa edisi Maret 2024 di Jakarta, Senin (25/3/2024). (Doc: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • APBN 2024 defisit Rp153,7 triliun atau -0,68 persen terhadap PDB.
  • Belanja negara mencapai Rp1.930,7 triliun, sementara penerimaan baru Rp1.777,0 triliun.
  • Penerimaan pajak mencapai 60,16% dari target APBN, belanja pemerintah pusat naik 16,9%.

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Keuangan melaporkan bahwa Apbn 2024 mengalami defisit hingga Rp153,7 triliun atau -0,68 persen terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) pada akhir Agustus lalu.

Kondisi tersebut disebabkan oleh belanja negara yang lebih besar—mencapai Rp1.930,7 triliun—dari penerimaan negara, yang baru mencapai Rp1.777,0 triliun.

Dalam paparannya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan persentase belanja negara pada akhir Agustus telah mencapai 58,1 persen dari pagu APBN, dan mengalami pertumbuhan 15,3 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya (yoy).

Sementara itu, pendapatan negara telah mencapai 63,4 persen dari target APBN, dan mengalami pertumbuhan 2,5 persen yoy.

"Keseimbangan primer kita masih dalam posisi dengan status surplus Rp161,8 triliun. Ini adalah kinerja akhir Agustus 2024," ujarnya dalam konferensi pers APBN KiTA di Kementerian Keuangan, Senin (23/9).

Dalam kesempatan sama, Wakil Menteri Keuangan II, Thomas Djiwandono, mengatakan jumlah penerimaan negara yang mencapai Rp1.777,0 trilun terdiri dari penerimaan pajak Rp1.196,54 triliun, kapabeanan dan cukai Rp183,2 triliun, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp383,3 triliun.

Dalam pada itu, penerimaan pajak mencapai 60,16 persen dari target APBN, bea dan cukai 57,1 persen dari target, dan PNBP 78,0 persen dari target.

"Dari sisi penerimaan pajak terdapat berita positif bahwa penerimaan negara mampu menjaga momentum pertumbuhan yang sudah tercipta selama dua bulan sebelumnya," ujarnya seraya berharap tren tersebut akan tetap berlangsung pada bulan selanjutnya.

Masih berkaitan, Wakil Menteri Keuangan I, Suahasil Nazara, menyampaikan bahwa dari jumlah belanja negara yang sempat disebut di muka, Rp1.368,5 triliun di antaranya merupakan belanja pemerintah pusat (BPP).

Hingga Agustus lalu, BPP mencapai 55,5 persen dari pagu APBN dan mengalami kenaikan 16,9 persen dari periode sama tahun sebelumnya.

BPP terdiri dari belanja kementerian/lembaga (K/L) yang mencapai Rp703,3 triliun atau 64,5 persen dari pagu anggaran.

"[BPP] dipengaruhi penyaluran berbagai program bansos, pembangunan infrastruktur, sarana prasarana, pertahanan dan keamanan, dan dukungan pelaksanaan Pemilu," kata Suahasil. 

Sementara itu, belanja non-K/L mencapai Rp665,2 triliun atau 48,3 persen dari pagu APBN 2024. Belanja jenis ini dipengaruhi oleh realisasi subsidi/kompensasi energi dan pembayaran melalui manfaat pensiun.

Related Topics

Apbn 2024Defisit APBN

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

IDN Channels

Most Popular

1.000 Perusahaan Terpercaya Dunia 2024, 23 dari Indonesia!
Manajemen BREN Buka Suara Soal Penyebab Keluar Indeks FTSE
KPPU Ungkap Penyebab Harga Tiket Pesawat di Indonesia Mahal
PHK Guncang Sektor Otomotif, GM Berhentikan 1.700 Karyawan
Pelajaran Berharga Kisah Kepemimpinan John Donahoe di Nike
Kenali Dampak Kebijakan The Fed Bagi Perekonomian Indonesia