Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati memprediksi kuota solar dan LPG bersubsidi akan habis sebelum akhir 2023. Pasalnya, pemulihan ekonomi pasca Covid-19 mendorong permintaan BBM dan LPG 3 kg subsidi lebih tinggi.
"Dengan recovery ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang membaik salah satu dampaknya adalah BBM subsidi dan LPG subsidi ini demand-nya merangkak naik," ujarnya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2023, Senin (4/9).
Nicke menjelaskan pemerintah menetapkan kuota solar tahun ini sebesar 16 juta kiloliter (kl). Namun, kenaikan permintaan bisa membuat konsumsinya tahun ini mencapai 18 juta kl.
"Sehingga tahun ini kita prediksi untuk solar akan melebihi kuota dari 16 juta kl atau 16 miliar liter. Ini akan menjadi 18 juta. Ada 2 juta kl yang akan meningkat," kata Nicke.
Sedangkan untuk konsumsi LPG 3 kg, yang kuotanya ditetapkan 8 juta metrik ton (MT) pada tahun ini, diperkirakan akan menembus 8,28 juta MT. "Demikian juga LPG dari 8 juta MT menjadi 8,28 MT," ujarnya.
Meski demikian, Nicke memastikan pasokan bahan bakar tersebut tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Harapannya, tidak terjadi kelangkaan yang dapat mengakibatkan kenaikan harga.
"Dalam situasi seperti ini kami jaga betul pasokannya ada, walaupun sudah melebihi kuota kami pastikan stoknya ada, sehingga tidak ada kelangkaan yang bisa menaikkan harga," katanya.
Tren penyaluran LPG
Sebelumnya, tingginya konsumsi LPG 3 kg juga disampaikan Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution, pada pertengahan Juni 2023.
Menurutnya tren penyaluran LPG bersubsidi atau PSO sejak Januari hingga akhir Mei lalu atau year-to-date (ytd) meningkat lima persen dibandingkan dengan 2022.
Berdasarkan volume konsumsinya, realisasi LPG 3 kg telah mencapai 3,32 juta MT atau lebih tinggi 8,4 persen dibandingkan kuota APBN sebesar 3,06 juta MT.
Dengan tren tersebut, ia memprediksi kuota subsidi LPG 3 kg akan jebol pada Desember 2023.
"Ini juga kita sudah buat seasionality-nya. Sehingga prognosa kami di akhir nanti, Desember 2023 akan over 2,7 persen," ujarnya dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (14/6).
Proyeksi kelebihan konsumsi 2,7 persen tersebut membuat volume subsidi LPG 3 kg akan bergeser menjadi 8,2 juta MT atau lebih tinggi dari 8 juta MT yang ditetapkan dalam APBN.
Ia juga menggarisbawahi bahwa realisasi subsidi LPG 3 kg yang telah mencapai 3,32 juta MT pada akhir Mei lalu setara dengan Rp34,01 triliun. Dengan realisasi volume yang diperkirakan mencapai 8,2 juta MT pada akhir tahun, dia memperkirakan total subsidi LPG 3 kg akan mencapai Rp85,45 triliun.
Karena itu, dia berharap pemerintah dapat memberikan kompensasi terhadap kelebihan konsumsi LPG 3 kg. Sebab, dalam DIPA APBN 2023, katanya, anggaran yang ditetapkan pemerintah untuk subsidi LPG mencapai Rp117,84 triliun.
"Kalau DIPA ada kelebihan sekitar Rp32 triliun mungkin ini akan bisa mengkompensasi selisih 2,7 persen over kuota LPG tersebut," katanya.
Hampir seluruh lokasi yang dilayani Pertamina Patra Niaga mengalami kelebihan konsumsi LPG 3 kg, baik itu Sumatera bagian Utara, Sumatera Bagian Selatan, Jawa Bagian Barat, DKI, Jatim Bali dan Nusa Tenggara, serta Kalimantan dan Sulawesi.