Jakarta, FORTUNE - Indonesia mengalami inflasi bulanan atau month-to-month sebesar 0,25 persen pada April 2024, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), menyusul adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,3 pada Maret menjadi 106,40 pada April.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan inflasi tersebut lebih rendah dari Maret 2024 yang sebesar 0,52 persen serta April 2023 yang sebesar 0,33 persen.
"Tingkat inflasi bulanan April 2024 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (2/5). "Sementara itu secara tahunan (year-on-year) terjadi inflasi sebesar 3,0 persen dan secara tahun kalender (year-to-date) terjadi inflasi sebesar 1,19 persen."
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar pada April 2024 adalah transportasi, dengan inflasi sebesar 0,93 persen dan andil inflasi sebesar 0,12 persen.
"Penyumbang utama inflasi kelompok transportasi adalah tarif angkutan udara dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,06 peren, tarif angkutan antarkota dengan andil inflasi sebesar 0,03 persen, serta tarif kereta api dengan andil 0,01 persen," katanya.
Komoditas lainnya yang juga memberikan andil inflasi adalah bawang merah dengan andil 0,14 persen, emas perhiasan dengan andil 0,08 persen, tomat dengan andil 0,04 persen, serta bawang putih dengan andil 0,02 persen.
Selain itu, ada pula komoditas yang memberikan andil terhadap deflasi pada bulan lalau, yakni cabai merah dengan andil 0,14 persen, beras 0,12 persen, serta telur ayam ras 0,06 persen.
Berdasarkan wilayahnya, sebaran inflasi bulanan pada April 2024 mencakup 34 dari 38 provinsi di Indonesia—empat provinsi lainnya mengalami deflasi.
"Inflasi tertinggi sebesar 1,20 persen terjadi di provinsi Papua dan Papua Tengah, sementara deflasi terdalam terjadi di Sumatera Barat sebesar 0,30 persen," ujarnya.
Harga bergejolak alami deflasi
Berdasarkan komponen pembentuknya, inflasi secara bulanan pada April 2024 didorong oleh komponen inti (core inflation) dan komponen diatur pemerintah (administered price) dengan andil mencapai 0,25 persen.
Komponen inti mengalami inflasi 0,29 persen dengan andil sebesar 0,18 persen.
"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen inti adalah emas perhiasan, minyak goreng, dan gula pasir," ujarnya.
Sedangkan inflasi komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi 0,62 persen dengan andil inflasi sebesar 0,12 persen.
"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah tarif angkutan udara, tarif angkutan antarkota, sigaret kretek mesin, dan tarif kereta api," katanya.
Anomali justru terlihat pada komponen harga bergejolak (volatile food) yang biasanya mengalami peningkatan menjelang periode Lebaran. Harga bergejolak justru mengalami deflasi 0,31 persen.
"Komponen ini memberikan andil deflasi sebesar 0,05 persen. Komponen ataupun komoditas yang dominan memberikan andil deflasi pada komponen harga bergejolak adalah cabai merah, beras, telur ayam ras, dan cabai rawit," ujarnya.