BPS Catat Neraca Dagang Agustus Surplus US$2,90 Miliar

Telah mengalami surplus 52 bulan berturut-turut.

BPS Catat Neraca Dagang Agustus Surplus US$2,90 Miliar
Deputi Bidang Distribusi dan Jasa, BPS Pudji Ismartini. (Doc: BPS)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Neraca perdagangan Indonesia surplus US$2,90 miliar pada Agustus 2024.
  • Surplus didukung terutama oleh komoditas nonmigas, dengan defisit migas senilai US$1,44 miliar.
  • Surplus perdagangan terbesar dengan Amerika Serikat, India, dan Filipina; defisit terbesar dengan Tiongkok, Australia, dan Singapura.

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus sebesar US$2,90 miliar pada Agustus 2024.

Surplus tersebut naik sebesar US$2,40 miliar secara bulanan (month-to-month/mtm) dibandingkan dengan Juli 2024, tetapi lebih rendah US$0,22 miliar dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). 

"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 52 bulan berturut-turut sejak Mei 2022. Surplus Agustus 2024 ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada Juli 2024, tetapi masih lebih rendah dibandingkan surplus Agustus 2023," ujar Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers Selasa (17/9).

Surplus Neraca Perdagangan Agustus 2024 didukung oleh surplus pada komoditas nonmigas, yaitu US$4,34 miliar. Komoditas penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral (HS 27), diikuti oleh lemak hewani atau nabati (HS 15) serta besi dan baja (HS 72).

Pada saat yang sama, neraca perdagangan migas mengalami defisit US$1,44 miliar, dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah. Defisit perdagangan migas ini tidak sedalam bulan sebelumnya, tapi masih lebih dalam dibandingkan dengan bulan sama pada tahun lalu.

Selanjutnya, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2024 mengalami surplus perdagangan dengan beberapa negara, dengan tiga terbesar Amerika Serikat (US$1,71 miliar), India (US$1,8 miliar), dan Filipina (US$0,85 miliar).

Sementara itu, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara, dan tiga terbesarnya adalah Tiongkok (US$1 miliar), Australia (US$0,55 miliar), dan Singapura (US$0,31 miliar).

Komoditas penyumbang surplus terbesar pada Agustus 2024 untuk Amerika Serikat didorong oleh mesin dan perlengkapan listrik serta bagiannya (HS 85), pakaian dan aksesori rajutan (HS 61), serta alas kaki (HS 64).

Untuk India, surplus terbesar berasal dari bahan bakar mineral (HS 27), lemak hewan atau nabati (HS 15), serta besi dan baja (HS 72).

Selanjutnya, untuk Filipina surplus terbesar berasal dari bahan bakar mineral (HS 27), kendaraan dan bagiannya (HS 87), serta lemak dan minyak hewani atau nabati (HS 15).

Sebaliknya, komoditas penyumbang defisit terbesar dengan Tiongkok adalah mesin dan perlengkapan mekanik serta bagiannya (HS 84), mesin dan peralatan elektrik serta bagiannya (HS 85), serta kendaraan dan bagiannya (HS 87).

Untuk Australia, defisit terbesar ada pada komoditas logam mulia (HS 71), bahan bakar mineral (HS 27), serta bijih logam, terak, dan abu (HS 26).

Sedangkan untuk Singapura, defisit terbesar berasal dari bahan kimia organik (HS 29), mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85), serta plastik dan barang dari plastik (HS 39)

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

IDN Channels

Most Popular

12 Tahun Dijual, Rumah Mewah Michael Jordan di Chicago Akhirnya Laku
Isak Tangis Sri Mulyani di Banggar DPR Usai Sepakati RUU APBN 2025
OnlyFans Cetak Rekor Pendapatan, Capai US$6,6 Miliar di 2023
Perbedaan Istana Garuda dan Istana Negara IKN, Jangan Keliru
Alibaba Pertahankan Kepemilikan 88 Miliar Saham GoTo hingga 5 Tahun
Bunga Acuan Turun, BI Proyeksikan Kredit Bank Tumbuh 12%