BPS Ungkap Penyebab Konsumsi Rumah Tangga Melambat pada 2023

Konsumsi kelas menengah atas tertahan.

BPS Ungkap Penyebab Konsumsi Rumah Tangga Melambat pada 2023
Pasar ekonomi kreatif. (dok. Kemenparekraf)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga pada 2023 melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga—yang berkontribusi 53,81 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia—hanya tumbuh 4,82 persen.

Sementara, pada 2022 konsumsi rumah tangga mampu tumbuh 4,93 persen meski kontribusinya hanya 51,87 persen—lantaran tingginya kontribusi ekspor.

Pada 2023, sumber pertumbuhan ekonomi 5,05 persen yang berasal dari konsumsi rumah tangga hanya mencapai 2,55 persen.

Sedangkan, sumber pertumbuhan ekonomi 5,31 persen pada 2022 yang berasal dari konsumsi rumah tangga mencapai 2,62 persen.

"Perlambatan konsumsi rumah tangga utamanya kalau kami perhatikan dari data yang kami catat, terutama berasal dari perlambatan pengeluaran kelompok menengah atas," ujar Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers, Senin (5/2).

Hal tersebut tecermin pada sejumlah indikator, yakni antara lain perlambatan pada Pajak Pembelian Bareng Mewah (PPnBM) dan jumlah penumpang angkutan udara.

"Penjualan mobil penumpang juga yang tidak sebanyak tahun lalu," katanya.

Meski demikian, struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku pada 2023 tidak menunjukkan perubahan berarti. 

Selain masih didominasi pengeluaran kelompok rumah tangga yang mencakup lebih dari separuh PDB Indonesia, ada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi sebesar 29,33 persen.

"Gabungan keduanya memberikan total kontribusi terhadap PDB sebesar 82,51 persen," ujar Amalia.

Sementara itu, komponen ekspor barang dan jasa berkontribusi 21,75 persen; diikuti komponen konsumsi pemerintah 7,45 persen; komponen pengeluaran lembaga nonprofit rumah tangga (LNPRT) 1,25 persen; dan komponen perubahan inventori 1,19 persen. 

Pendorong konsumsi rumah tangga 

Jika ditilik lebih jauh, konsumsi rumah tangga 2023 yang tumbuh 4,82 persen didukung oleh terkendalinya inflasi dan daya beli masyarakat.

Kelompok konsumsi yang tumbuh tinggi, antara lain restoran dan hotel, seiring maraknya kegiatan wisata selama libur sekolah, Natal, dan Tahun Baru.

"Kemudian transportasi dan komunikasi juga mendukung mobilitas masyarakat untuk berwisata. Selain itu, pembelian sepeda motor juga mengalami peningkatan," ujar Amalia.

Pada 2022, konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,93 persen didukung oleh pulihnya mobilitas yang mendorong aktivitas dunia usaha dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal tersebut ditunjukkan oleh kenaikan PPh Pasal 21 sebesar 18,36 persen. 

Kemudian, membaiknya pendapatan masyarakat mendorong penguatan seluruh kelompok konsumsi, utamanya pada kelompok konsumsi transportasi dan komunikasi, serta restoran dan hotel.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya