Cegah Default, Menkeu AS Minta Batas Utang Naik Sebelum 15 Desember

Pemerintah AS minta tambahan 2 pekan untuk membahas utang.

Cegah Default, Menkeu AS Minta Batas Utang Naik Sebelum 15 Desember
Menteri Keuangan AS Janet Yellen menghadiri Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia, Inggris. ANTARA FOTO/REUTERS
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen memprediksi bahwa pemerintah akan kehabisan uang dan tak bisa lagi membayar kewajibannya pada 15 Desember 2021 atau dua pekan lebih lambat dari perkiraan awal yakni 3 Desember. Hal ini ia sampaikan dalam sebuah surat kepada Ketua Parlemen Nancy Pelosi untuk mendorong batas utang negara dinaikkan guna menghindari default.

Tambahan 12 hari tersebut akan memberi cukup waktu bagi parlemen untuk mencapai kesepakatan tentang cara menambah atau menangguhkan plafon utang. Meski dalam suratnya itu, Yellen memperingatkan bahwa setelah 15 Desember, kemungkinan sumber daya yang tersisa di Kementerian Keuangan juga tak lagi mencukupi untuk terus membiayai operasional pemerintah AS.

"Untuk memastikan kepercayaan penuh dan kredit dari Amerika Serikat, sangat penting bahwa Kongres menaikkan atau menangguhkan batas utang sesegera mungkin," tulis Yellen seperti dikutip AFP, Selasa (16/11).

Sebagai catatan, dalam beberapa bulan terakhir, Demokrat dan Republik di Washington berdebat mengenai berapa banyak utang yang dapat diakumulasikan oleh Amerika Serikat. Meski demikian, Oktober lalu kongres telah meloloskan kenaikan plafon utang sementara yang menurut Yellen membuat pemerintah tetap berjalan hingga 3 Desember.

Tugas Berat Loloskan Anggaran US$1,85 Triliun

Meski demikian, pelonggaran batas utang hanya bagian dari daftar tugas monumental Demokrat di parlemen sebelum akhir tahun. Tugas lainnya adalah meloloskan rencana pemberian jaring pengaman sosial, layanan pendidikan hingga rencana iklim Biden yang jumlahnya hampir US$1,85 triliun.

Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer mengatakan bahwa senat bertujuan untuk meloloskan kebijakan ini, yang dikenal sebagai Build Back Better Act, sebelum masa reses Thanksgiving.

Namun, minoritas partai Republik di Kongres menentang tindakan itu, dan mengatakan tidak akan menyetujui kenaikan plafon utang untuk membayarnya, meskipun ada banyak utang untuk pengeluaran dana yang disetujui oleh Demokrat dan Republik sebelumnya.

Pada bulan Oktober, Republik berpendapat bahwa Demokrat yang memimpin DPR dan Senat harus menaikkan batas secara sepihak, sebelum akhirnya menjatuhkan blokade mereka untuk memungkinkan berlalunya peningkatan batas utang sementara.

Amerika Serikat sendiri tidak pernah gagal membayar utangnya dan obligasi Treasury memainkan peran utama dalam sistem keuangan global, tetapi para ekonom memperingatkan kegagalan untuk menaikkan pagu akan menyebabkan krisis keuangan besar-besaran.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024