Direktur Keuangan PLN Ungkap 4 Tantangan Capai NZE 2060

Indonesia butuh dukungan regulasi percepat EBT.

Direktur Keuangan PLN Ungkap 4 Tantangan Capai NZE 2060
PLTA Panglima Besar Jenderal Sudirman dengan kapasitas 310 MW di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, di bawah kendali Unit PLN IP Mrica PGU. (Doc: PLN)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Direktur Keuangan PT PLN (Persero), Sinthya Roesly, mengungkap empat tantangan sektor kelistrikan untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060.

Di antara semua itu, yang pertama adalah meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional.

Sebagaimana tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, PLN menargetkan peningkatan kapasitas terpasang 40,6 GW—naik menjadi 99,2 GW dari kondisi 63,3 GW pada 2021. 

Mayoritas dari kapasitas 40,6 GW tersebut, atau 51 persennya, akan dipenuhi oleh pembangkit EBT.

"Tentu saja kapasitas EBT itu menjadi indikator utama. Kemudian adalah juga bagaimana produksi renewable energy ini. Itu yang simpel bagaimana kita melihat nanti apakah kita on track apa tidak," ujarnya dalam Indonesia Net Zero Summit 2023, Sabtu (26/6).

Tantangan berikutnya adalah peningkatan konsumsi listrik dengan tingkat rata-rata pertumbuhan sekitar lima persen per tahun.

Dalam proyeksi PLN, konsumsi listrik di Pulau Sumatera bisa naik sekitar 800 MW per tahun hingga 2040. Sementara di Jawa, kenaikan konsumsinya bisa mencapai 1,2–1,5 GW per tahun pada kurun sama.

"Nah ini kita harus lihat pertumbuhan demand ini bisa dilayani dari pembangkit mana. Harus didorong pembangkit EBT ini segera dapat dikembangkan atau beroperasi," ujarnya.

Jaringan transmisi 

Tantangan ketiga adalah membangun infrastruktur pendukung proyek-proyek pembangkit EBT, terutama jaringan transmisi.

Dalam RUPTL PLN, green enabling infrastructure tersebut sangat penting agar listrik yang dihasilkan pembangkit EBT dapat terserap.

"Kalau kita sudah membangun PLTA atau geotermal, misalnya, ataupun PLTA terapung, tantangan kita juga adalah membangun transmisinya karena pusat bebannya tidak berada persis di dekat EBT-nya," kata Sinthya.

Lalu, tantangan terakhir adalah dukungan kebijakan dari para stakeholder. Hal ini penting, sebab untuk mempercepat capaian target iklim pemerintah dalam Nationally Determined Contribution (NDC), butuh sinergi yang erat antar pemangku kepentingan.

"Terakhir adalah aspek dari sisi regulatory support. Policy harus ada untuk bisa membuat ini bisa lebih cepat adopsinya," ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024

IDN Channels

Most Popular

Daftar Sektor Berpotensi Tuah Manfaat Program Prabowo-Gibran
Sritex (SRIL) Pailit, Bagaimana Nasib Investor Publik dan Sahamnya?
BEI dan Target IPO 2025, Juga Upaya Mewujudkannya
Sritex Dinyatakan Pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang
52 K/L Belum Pungut Denda dan Kurang Bayar, Total Rp3,44 Triliun
Laba Bersih Kuartal III Anjlok 28%, Unilever Enggan Ikut Perang Harga