Dirut Pertamina Pastikan Belum Ada Pembatasan BBM Bersubsidi Bulan Ini

Kuota subsidi BBM diprediksi habis sebelum akhir tahun.

Dirut Pertamina Pastikan Belum Ada Pembatasan BBM Bersubsidi Bulan Ini
Aplikasi MyPertamina. (Shutterstock/Poetra.RH)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati memastikan belum ada pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menggunakan MyPertamina bulan ini. Sebab, hingga kini perusahaan masih fokus pada proses pendaftaran, bukan pembatasan atau pembelian BBM.

"Tahap Juli ini tahap pendaftaran agar pemilik kendaraan memiliki QR Code. Agar tahap implementasi QR code jadi dasar. Karena harus dipertanggungjawabkan di audit BPK dan BPKP. Dengan sistem terdigitalisasi akan lebih mudah," kata Nicke di Komisi VI DPR, Rabu (6/6).

Pernyataan tersebut ia sampaikan setelah sejumlah anggota Komisi VI mencecarnya ihwal penggunaan MyPertamina untuk membeli Pertalite dan Solar. Wakil Ketua Komisi VI DPR, Mohamad Hekal, misalnya, mengatakan bahwa kebijakan tersebut banyak dikeluhkan masyarakat.

"Banyak sekali keluhan, tanda tanya pada pendaftaran di MyPertamina. Bagaimana kita pakai aplikasi padahal di POM enggak boleh pakai handphone, sikapnya Pertamina bagaimana?" tutur Hekal.

Senada, Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDIP I Nyoman Parta, juga mengkritik penggunaan MyPertamina karena berpotensi merepotkan masyarakat.

Pasalnya, orang yang menjadi sasaran BBM bersubsidi tak memiliki ponsel cerdas untuk mengakses aplikasi tersebut. "Ketika ini dibawa ke MyPertamina bagaimana nasib mereka ini? Apalagi dia banyak tidak dapat akses handphone dan lain-lain. Susahnya akses subsidi ini menyusahkan mereka," kata Nyoman.

Subsidi berpotensi jebol

Dalam kesempatan tersebut, Nicke juga menjelaskan soal realisasi penyaluran BBM bersubsidi oleh perusahaannya. Hingga akhir semester I lalu, kata dia, konsumsi Pertalite telah meningkat menjadi 28,5 juta kiloliter (kl), jauh di atas yang sudah ditetapkan pemerintah untuk tahun ini yang sebesar 23 juta kl.

Dengan asumsi konsumsi BBM akan tetap sama dan meningkat 6 bulan ke depan, ia memprediksi kuota Pertalite yang ditetapkan pemerintah akan habis sebelum akhir tahun.

Demikian pula untuk produk Solar yang diperkirakan bakal naik konsumsinya dari 14,9 juta kiloliter menjadi 17,2 juta kiloliter. "Jenis bahan bakar penugasan ini akan meningkat melebihi kuotanya," ujarnya.

Di sisi lain, perusahaan memperkirakan bahwa selama ini  BBM bersubsidi dikonsumsi oleh masyarakat menengah atas. Ini tak sejalan dengan tujuan pemberian subsidi agar masyarakat menengah ke bawah dapat mengaksesnya lebih terjangkau.

"Kalau kita membuat range untuk tingkat kesejahteraan masyarakat, itu 40 persen masyarakat miskin dan rentan miskin mengkonsumsi hanya 20 persen BBM subsidi," kata Nicke 

Lantaran itu, pemerintah memutuskan untuk memperketat syarat-syarat kendaraan yang berhak menerima BBM subsidi. Pertama-tama dengan merevisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.

Nantinya beleid tersebut bakal mengatur jenis dan kriteria kendaraan apa saja yang dapat mengonsumsi BBM bersubsidi. Harapannya, aturan baru tersebut dapat mengerem konsumsi Pertalite sampai 26,7 juta kl.

"Kalau regulasinya sudah keluar, maka ini akan dapat menurunkan kita prognosa menjadi 26,7 juta KL. Tapi masih tetap lebih tinggi dibandingkan prognosa jadi masih ada peningkatan 16 persen," ujar Nicke.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024