Ekonom: Belanja Masyarakat untuk Bahan Makanan Naik Dua Kali Lipat

Makin defensif membelanjakan uang.

Ekonom: Belanja Masyarakat untuk Bahan Makanan Naik Dua Kali Lipat
source_name
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Pengeluaran masyarakat untuk belanja kebutuhan sehari-hari naik dua kali lipat dalam 1,5 tahun terakhir, mencapai 24,2 persen dari total pengeluaran.
  • Kenaikan harga bahan pangan tanpa peningkatan pendapatan menyebabkan proporsi belanja restoran, rumah tangga, dan fashion turun.
  • Belanja untuk elektronik dan hobi olahraga serta hiburan mengalami kenaikan proporsi, mencerminkan perubahan pola konsumsi masyarakat yang lebih tertarik pada aktivitas santai.

Jakarta, FORTUNE - Pengeluaran masyarakat untuk belanja kebutuhan sehari-hari mengalami peningkatan dua kali lipat dalam lebih dari satu setengah tahun terakhir. Per September 2024, proporsi belanja kebutuhan sehari-hari terhadap total pengeluaran masyarakat mencapai 24,2 persen. Persentase tersebut mengalami kenaikan sebesar 10,9 persen jika dibandingkan dengan Januari 2023.

Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, mengatakan hal tersebut mengindikasikan adanya kenaikan harga bahan pangan yang tidak dibarengi dengan peningkatan pendapatan masyarakat.

"24 persen [belanja masyarakat] itu lari ke supermarket. Ini biasa saya gunakan sebagai proxy makanan-minuman. Jadi, saya menyebutnya ini defensif," ujarnya di hadapan wartawan dalam acara yang diselenggarakan Kementerian Keuangan, Rabu (25/9).

"Ini adalah tantangan. Kita lihat harga beras dalam dua tahun relatif meningkat. Makanya saya sangat setuju bagaimana program pemerintah terhadap ketahanan pangan untuk didorong," katanya.

Sebaliknya, proporsi belanja masyarakat untuk restoran menurun dari 20,2 persen pada Januari 2023 menjadi 17,6 persen pada September tahun ini. Demikian pula dengan pengeluaran rumah tangga yang turun dari 18,5 persen menjadi 12,0 persen; disusul pengeluaran untuk belanja fashion yang proporsinya turun dari 10,2 persen menjadi 7,7 persen.

"Artinya, orang Indonesia relatif lebih defensif dan konsumsinya cukup terkonsentrasi. Ini bisa berdampak pada sektor sekunder dan tersier. Misalnya buat belanja ke asuransi, apakah mau dinaikkan preminya. Boro-boro mau dinaikkan, untuk makan saja sudah susah, kan?" ujarnya.

Menariknya, lanjut Andry, proporsi belanja untuk barang-barang elektronik yang berkaitan dengan sports hobby dan entertainment mengalami kenaikan masing-masing menjadi 7,0 persen dan 6,4 persen dari sebelumnya 4,2 persen dan 3,0 persen. Hal tersebut mencerminkan berubahnya pola konsumsi masyarakat yang kini lebih tertarik dengan aktivitas yang diisi kegiatan menyenangkan (leisure activity).

"Ini bisa dipicu oleh berbagai faktor. Misalnya seperti anak muda sekarang sebut YOLO, you only live once; FOMO, fear of missing out; dan FOPO, fear of other people's opinions," katanya.

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

5 Perbedaan JKN, KIS dan BPJS Kesehatan, Harus Tahu!
Kejar Profit, Unilever Rombak Rantai Pasok Bisnis Home Care di Eropa
Data OJK: Warga Indonesia Banyak Tak Patuh Bayar Utang Paylater
Kemendag: Aplikasi Temu Bisa Dapat Izin jika Taati Aturan Permendag 31
Apple Belum Investasi Penuh di Indonesia, Halangi Masuknya iPhone 16
49.062 Orang Dapat Insentif Motor Listrik, Ini Cara Pengajuannya