Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan ekspor komoditas unggulan Indonesia di tengah tren penurunan harga di pasar global pada Agustus 2022. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan komoditas tersebut di antaranya besi dan baja, minyak kelapa sawit, dan batu bara.
Untuk besi dan baja, nilai ekspornya mencapai US$2,3 miliar dengan volume sebesar 1,35 juta ton. Sementara harganya di pasar internasional berada di angka US$108,85 per metrik ton.
"Bijih besi beberapa bulan terakhir mengalami penurunan (harga) sangat tajam, sebesar 32,87 persen," ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (15/9).
Kemudian, ekspor minyak kelapa sawit mencapai US$3,7 miliar dengan volume mencapai 3,6 juta metrik ton. Harganya sendiri berada di level US$1.026 per metrik ton pada bulan lalu. "Harga kelapa sawit lebih rendah 10,15 persen dibandingkan Agustus 2021," tuturnya.
Selain itu, ada pula ekspor batu bara yang nilainya mencapai US$4,4 miliar dengan volume mencapai 32,8 juta metrik ton. Meski demikian, harga komoditas "emas hitam ini" relatif masih lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
"Untuk komoditas unggulan lainnya seperti batu bara, beberapa bulan ini masih menunjukkan tren peningkatan. Di mana dibandingkan tahun lalu batu bara lebih tinggi 110,3 persen," jelasnya.
Komoditas Nikel
Di luar tiga komoditas tersebut, ada pula komoditas nikel yang ekspornya merupakan produk-produk turunan bernilai tambah. Pasalnya, sejak tahun 2020 larangan ekspor nikel telah diberlakukan pemerintah.
Untuk feronikel, misalnya, nilainya mencapai US$8,7 miliar secara kumulatif dari Januari hingga Agustus 2022. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan periode sama 2019 sampai 2021 yang berturut-turut sebesar US$2,59 miliar, US$4,73 miliar dan US$7,08 milar.
Ada pula produk nikel dan barang daripadanya yang nilai ekspornya mencapai US$3,59 miliar sejak Januari hingga Agustus 2022.
Jumlah tersebut naik dibandingkan tiga tahun sebelumnya yakni masing-masing US$813,2 juta, US$808,4 juta, dan US$1,28 miliar. "Harga komoditas nikel lebih tinggi 11,23 persen. Kemudian minyak mentah lebih tinggi 39,36 persen," tandasnya