Emas Perhiasan Alami Inflasi 15 Bulan Berturut-turut

Beras alami deflasi pada November 2024.

Emas Perhiasan Alami Inflasi 15 Bulan Berturut-turut
ilustrasi perhiasan emas (pexels.com/pixabay)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Komoditas beras mengalami deflasi 0,45 persen, dengan penurunan terdalam di Provinsi Papua Pegunungan sebesar 4,64 persen.
  • Inflasi bulanan pada November 2024 mencapai 0,30 persen, sementara inflasi tahunan 1,55 persen.

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan Emas Perhiasan mengalami inflasi berturut-turut pada 15 bulan terakhir, yakni sejak September 2023. Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan emas perhiasan termasuk ke dalam kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang merupakan kelompok kedua penyumbang utama inflasi November 2024, sebesar 0,04 persen.

Tingkat inflasi kelompok dimaksud pada November 2024 adalah 0,65 persen.

"Pada November 2024, emas perhiasan mengalami inflasi sebesar 2,87 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,04 persen," ujar Amalia.

Selain emas, BPS juga menaruh perhatian khusus pada komoditas beras yang mengalami deflasi pada November 2024. Komoditas ini mengalami deflasi sebesar 0,45 persen, dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen.

Deflasi komoditas beras terjadi di 26 provinsi, dengan penurunan terdalam terjadi di Provinsi Papua Pegunungan sebesar 4,64 persen.

"Secara historis, tekanan inflasi komoditas beras di November mengalami penurunan dibandingkan kondisi Oktober. Hal ini terjadi dalam 3 tahun terakhir, yaitu 2022-2024," kata Amalia.

Pada November 2024, BPS melaporkan bahwa secara bulanan (month-to-month/mtm) pada November 2024 mencapai 0,30 persen. Ini lantaran terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 106,01 pada Oktober 2024 menjadi 106,33 pada November 2024.

Sementara itu, secara tahunan (year-on-year/yoy) terjadi inflasi sebesar 1,55 persen, sedangkan secara tahun kalender (year-to-date/ytd) inflasi Januari hingga November 2024 mencapai sebesar 1,12 persen.

"Inflasi bulanan pada November 2024 lebih tinggi dibandingkan Oktober 2024, tetapi masih lebih rendah jika kita bandingkan dengan November 2023," ujar Amalia.

Dia mengatakan kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 0,78 persen.

Kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi keseluruhan yang sebesar 0,22 persen.

"Komoditas yang mendorong inflasi kelompok ini adalah bawang merah dan tomat yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,01 persen," katanya.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

IDN Channels

Most Popular

Emas Menguat Setelah Data Inflasi AS Lebih Rendah Dari Ekspektasi
TikTok Diblokir Mulai 19 Januari 2025, Pengguna AS Beralih
WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Openspace Himpun Dana US$165 Juta, Siap Perluas Investasi Startup
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers