Jakarta, FORTUNE - Majalah Fortune kembali merilis daftar "Most Powerful Women" dengan menempatkan para CEO dan eksekutif perempuan yang dinilai paling berpengaruh dalam bisnis global. Lis tahun ini juga menandai periode paling kompetitif sejak pemeringkatan tersebut dimulai 25 tahun silam.
Itu berarti, tempat yang tersedia bagi para kandidat untuk masuk ke dalam daftar kian sedikit—bahkan ketika jumlah CEO perempuan dalam perusahaan Fortune 500 mencapai rekor tertingginya.
"Daripada mengkompilasi versi internasional dan domestik yang terpisah seperti yang telah kami lakukan dalam beberapa bentuk sejak tahun 2000, kami menggabungkan kandidat kami untuk menghasilkan satu daftar definitif — cerminan yang lebih akurat dari sifat global bisnis saat ini," tulis redaksi Fortune, dikutip Jumat (7/10).
Beberapa CEO dengan peringkat tertinggi berada di tengah-tengah transformasi, perombakan, atau putar haluan perusahaan mereka. "Ini menunjukkan tidak ada kata berhenti—bahkan bagi mereka yang telah mencapai puncak."
Dari Indonesia, sekaligus satu-satunya kandidat asal Asia Tenggara, ada Nicke Widyawati yang baru saja terpilih kembali kembali menjadi Direktur Utama PT Pertamina (Persero). Ini juga merupakan tahun ketiga bagi perempuan kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, tersebut bertengger di dalam daftar Most Powerful Women Fortune.
Pada 2021, Nicke berhasil menahkodai holding BUMN minyak dan gas (migas) pelat merah untuk memompa pendapatan hingga 39 persen menjadi US$57,7 miliar dan mengantongi peningkatan laba sebesar 95 persen.
Selain melakukan transformasi dan menata ulang perusahaan, ia juga mendorong Pertamina lebih jauh ke energi yang lebih hijau dengan mengalokasikan 14 persen belanja modal untuk energi terbarukan. .
"Widyawati, di tahun keempatnya sebagai CEO, kini menavigasi pusaran masalah geopolitik yang semakin kompleks dengan status Pertamina sebagai importir bensin terbesar di Asia," tulis Fortune.
Selain Nicke Widyawati, tercatat sejumlah nama pemimpin perempuan lain di sektor energi atau Oil & Gas Company Internasional. Mereka adalah Lynn Good dari Duke Energy, perusahaan energi berbasis di Amerika Serikat. Ada pula Catherine MacGregor dari Engie, perusahaan asal Prancis dan Vicki Hollub (Accidental Petroleum) dan Jeniffer Rumsey (Cummins, AS).
CEO perusahaan rintisan
Tak hanya perusahaan-perusahaan raksasa, tahun ini Fortune juga menempatkan para pendiri atau CEO perusahaan rintisan (startup) yang berpotensi menjadi pemimpin bisnis besar di mana depan.
Pertama dalam daftar adalah salah satu pendiri dan CEO Canva Melanie Perkins, yang muncul di sampul majalah Fortune edisi Oktober/November.
Di antara para pemimpin startup papan atas saat ini, Perkins dapat mengklaim tiga pencapaian gabungan yang belum pernah dicapai oleh perempuan lain: dia mendirikan perusahaannya; dia menjalankannya sebagai CEO; dan perusahaan ini bernilai lebih dari US$20 miliar.
Tentu ada perusahaan lain yang memiliki nilai mendekati Canva. Namun founder perempuan dalam perusahaan tersebut memegang peran eksekutif non-CEO, sementara perusahaan dengan CEO wanita nilainya lebih kecil.
Pun demikian, para wanita dalam daftar ini dinilai sebagai orang-orang terbaik, entah sebagai pendiri yang memegang pekerjaan berpengaruh di Startup mereka yang bervaluasi tinggi, atau sebagai kepala eksekutif perusahaan bernilai tinggi.