Jakarta, FORTUNE - Gempa besar yang melanda Jepang pada 1 Desember lalu diperkirakan bakal menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut sekitar 23 hingga 50 miliar yen atau setara Rp2,46-5,35 triliun.
Proyeksi tersebut diungkap dalam penelitian Chief Economist Nomura Securities, perusahaan sekuritas ternama di Jepang, Kyohei Morita.
Laman Nikkei.com mengungkap bahwa kerugian ini diasumsikan terjadi dalam periode tertentu di 7 kota dan kota di wilayah yang terkena dampak parah, seperti Suzu, Wajima, dan Nanao, yang terletak di Semenanjung Noto—wilayah sekitar pusat gempa.
Diperkirakan bahwa aktivitas ekonomi akan terhenti dalam jangka waktu tertentu. Namun, perhitungan ini tidak termasuk dampak dari kerusakan pada stok seperti rumah, pabrik, dan jalan, sehingga ada kemungkinan kerugian sebenarnya lebih besar dari yang diestimasi.
Jika diperinci, PDB regional wilayah seputar pusat gempa didominasi oleh berbagai sektor. Ishikawa, misalnya, dominan oleh sektor industri, sektor mesin umum, produksi, dan bisnis.
Di Toyama, terdapat sektor kimia yang berfokus pada obat-obatan sebagai kontributor terbesar PDB regional. Sementara di Niigata, sektor makanan mendominasi perekonomian. Dalam beberapa waktu ke depan, produksi sektor-sektor tersebut diprediksi akan mengalami pertumbuhan negatif.
Menurut perkiraan Kabinet Jepang, dalam gempa Kumamoto pada 2016—yang juga mencapai magnitudo 7 seperti 1 Januari lalu—PDB nominal menurun sekitar 90 hingga 127 miliar yen.
Tentu, lanjut Morita, kondisi kerusakan dan faktor ketidakpastian lainnya akan turut mempengaruhi perekonomian Jepang. Karena itu, perkiraan kerugian hingga 50 miliar yen tersebut sifatnya sementara.
Pengaruh terhadap wilayah lain melalui jejaring pasokan serta efek dorongan yang mungkin dihasilkan dari dukungan rekonstruksi pemerintah belum dipertimbangkan dalam proyeksi.
"Dibandingkan dengan gempa Kumamoto yang terjadi di pusat produksi mesin transportasi dan semikonduktor, dampak melalui jaringan pasokan mungkin akan lebih terbatas dalam gempa kali ini," jelas Morita, Kamis (4/1).
Gempa bermagnitudo 7,4
Gempa Bumi berkekuatan awal Magnitudo 7,4, mengguncang wilayah di pantai Laut Jepang sekitar pukul 16:00 waktu setempat pada Senin (1/1).
Segera setelah gempa yang menggetarkan gedung-gedung di pusat Kota Tokyo itu berlangsung, otoritas bencana Jepang mengeluarkan peringatan tsunami.
Intensitas seismik maksimum 7 tercatat di Semenanjung Noto di Prefektur Ishikawa. Menurut CBS News, peringatan tsunami itu menaksir tinggi gelombang tsunami setinggi 5 meter di Ishikawa.
Para presenter di stasiun televisi nasional Jepang menganjurkan penduduk di Ishikawa untuk segera bergerak mencari daerah lebih tinggi.
"Gelombang tsunami berbahaya akibat gempa ini mungkin terjadi dalam jarak 300 km dari pusat gempa, di sepanjang pantai Jepang,” kata Pusat Peringatan Tsunami Pasifik yang berada di Hawaii.