Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Impor barang konsumsi secara kumulatif pada Januari hingga April 2024 meningkat 12,55 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).
Tercatat, total impor barang konsumsi pada periode tersebut mencapai US$6,89 miliar, atau lebih tinggi dari Janurai-April 2023 yang sebesar US$6,12 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan kenaikan tersebut didorong oleh tiga komoditas, yakni daging hewan (HS 02), plastik dan barang dari plastik (HS 39), serta jam dan arloji serta bagiannya (HS 91).
"Untuk impor konsumsi April 2024 didorong oleh HS 02 yaitu daging hewan yang naik 102,14 persen, kemudian HS 39 yaitu plastik dan barang dari pelastik yang naik 11,84 persen, dan yang ketiga HS 91 yaitu jam dan arloji serta bagiannya yang naik 11,86 persen," ujarnya dalam konferensi pers Rabu (15/5).
Secara total, impor Indonesia pada Januari-April 2024 sendiri mencapai sebesar US$70,95 miliar atau naik 0,93 persen dibandingkan periode sama di 2023 yang sebesar US$70,30 miliar.
Dari total tersebut, impor non migas tercatat sebesar US$58,99 miliar atau turun 0,05 persen dari 2023 yang sebesar US$59,02 miliar, sedangkan impor migas tercatat sebesar US$11,96 miliar atau naik 6,05 persen dari periode sama tahun lalu yang mencapai US$11,28 miliar.
"Penurunan nilai terjadi pada impor non migas, sementara impor migas mengalami kenaikan," tuturnya.
Kemudian, selain impor barang konsumsi, impor bahan baku penolong mencapai US$51,95 miliar atau turun 0,84 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebear US$52,39 miliar.
"Dengan penurunan tersebut maka memberikan andil terhadap penurunan total nilai impor kumulatif sebesar 0,36 persen," jelasnya.
Adapun impor barang modal tercatat sebesar US$12,11 miliar atau naik 2,76 persen dari periode Januari-April 2023 yang sebesar US$11,79 miliar.
"Sementara itu jika dilihat berdasarkan negara utama asal impornya peningkatan nilai impor terjadi dengan Tiongkok, Australia dan Asean. Sementara dengan Jepang dan Uni Eropa mengalami penurunan," tandasnya.