Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan nilai impor migas Indonesia turun 7,91 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) menjadi US$2,74 miliar pada Mei 2024.
Penyebab hal tersebut adalah adanya penurunan pada impor hasil minyak sebesar 11 persen mtm dari US$2,14 miliar pada April menjadi US$1,91 miliar pada bulan berikutnya.
Sementara itu, Impor Minyak Mentah mengalami kenaikan 0,03 persen mtm dari US$836,31 juta menjadi US$836,4 juta.
Menurut BPS, penurunan impor minyak tersebut penting di tengah depresiasi rupiah terhadap dolar AS. Pasalnya, pelemahan rupiah—di samping kenaikan harga minyak dunia—juga turut memengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.
Pelemahan rupiah juga akan turut berdampak pada kinerja neraca perdagangan nasional mengingat kondisi Indonesia sebagai net importer minyak mentah.
Di luar faktor-faktor tersebut, Deputi Bidang Statistik Produksi, M. Habibullah, dalam acara konferensi pers, Rabu (19/6), mengatakan masih mencermati dampak depresiasi rupiah terhadap kinerja perdagangan Indonesia. Pasalnya, kinerja neraca dagang tidak hanya dipengaruhi oleh harga atau nilai tukar, melainkan juga volume barang yang diperjualbelikan.
Tren impor minyak Indonesia
Data impor minyak Indonesia pada periode Januari–Mei 2024 menunjukkan tren dinamis dengan nilai dan volume yang berfluktuasi pada tiap bulannya.
Untuk minyak mentah, misalnya, nilai impornya pada Februari naik 15,20 persen, tapi lalu turun pada Maret (-1,58 persen), April (-0,85 persen) dan Mei (-0,03).
Secara kumulatif, nilai impor minyak mentah Januari–Mei tahun ini mencapai US$4,07 miliar, turun 29,40 persen dibandingkan dengan periode sama pada 2023 yang sebesar US$4,27 miliar.
Dari sisi volume, terjadi kenaikan impor minyak mentah pada Februari (12,09 persen) sebelum akhirnya menurun pada Maret (-4,98 persen), April (-3,38 persen) dan Mei (-3,44 persen).
Secara kumulatif, volume impor minyak mentah Januari–Mei mencapai 5,48 juta ton.
Untuk hasil minyak, data BPS menunjukkan adanya kenaikan impor pada semua bulan, kecuali April (-27,66 persen).
Persentase tertinggi terjadi pada Februari (naik 35,14 persen), Mei (33,82 persen), dan Maret (9,13 persen).
Secara kumulatif, nilai impor hasil minyak Januari–Mei mencapai US$10,66 miliar, turun -1,98 persen dibandingkan dengan periode sama pada 2023.
Volume impor hasil minyak juga mengalami kenaikan pada semua bulan, kecuali April (-35,50 persen), dengan persentase kenaikan volume tertinggi terjadi pada Mei (33,81 persen), Maret (14,9 persen) dan Februari (4,06 persen).
Secara kumulatif, volume impor hasil minyak Januari–Mei mencapai 17,57 juta ton.
Jika dilihat secara total, nilai impor minyak (minyak mentah dan hasil minyak) menunjukkan kenaikan persentase secara bulanan kecuali April (-12,21 persen), dengan persentase tertinggi terjadi pada Februari (23,64 persen), Mei (17,78 persen) dan Maret (2,77 persen).
Dilihat secara kumulatif, nilai total impor minyak Januari–Mei mencapai US$14,73 miliar, turun 12,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023 yang sebesar US$14,41 miliar.
Secara volume, total impor minyak Indonesia mengalami kenaikan pada semua bulan kecuali April (-15,11 persen), dengan persentase kenaikan tertinggi secara bulanan terjadi pada Mei (16,10 persen), Februari (7,68 persen) dan Maret (2,03 persen).
Secara kumulatif, volume total impor minyak Januari–Mei mencapai 23,06 juta ton.