Jakarta, FORTUNE - Investasi subsektor mineral dan batu bara (minerba) kembali menggeliat setelah mengalami tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, realisasinya US$4,52 miliar pada tahun lalu, atau 105 persen dari target US$4,306 miliar.
"Realisasi tahun 2021 adalah US$4,52 miliar, atau 105 persen dari rencana. Semula rencana adalah US$4,306 miliar, ada peningkatan," ujar Direktur Jenderal Minerba, Ridwan Djamaluddin, dalam konferensi pers, Kamis (20/1).
Dari sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), subsektor ini juga berhasil menorehkan catatan positif dengan meraup Rp75,16 triliun sepanjang tahun lalu. Angka ini melonjak hampir dua kali lipat dari target yang dipatok sebelumnya yang sebesar Rp39,1 triliun.
“Tahun ini alhamdulillah minerba mencapai realisasi sebesar Rp75,16 triliun atau 192,20 persen dari target yang semula 39,1 triliun rupiah," katanya.
Target Lebih Tinggi
Capaian tersebut membawa optimisme besar bagi pencapaian target investasi tahun ini. Ridwan mengatakan Kementerian ESDM mengerek target penanaman modal S$5,01 miliar hingga akhir 2022.
"Kami menyadari kondisi pandemi COVID-19 yang masih berlangsung, namun tetap optimis bahwa tahun 2022 akan terjadi peningkatan investasi di minerba,” ujarnya.
Kementerian juga memproyeksikan capaian PNBP subsektor minerba 2022 sebesar Rp42,36 triliun. Hitung-hitungan itu mengacu pada asumsi produksi batu bara yang ditaksir akan mencapai 550 juta ton per tahun.
“Pada tahun 2022, kami merencanakan PNBP sejumlah Rp42,36 triliun. Memang cukup jauh dibanding dengan realisasi tahun ini,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ridwan juga memaparkan program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) sepanjang 2021 yang realisasi anggaranya Rp1,65 triliun.
Program itu difokuskan pada empat hal utama yakni pendampingan kegiatan ekonomi profesi, peningkatan kapasitas SDM, penguatan UMKM dan unit ekonomi lokal, serta penanganan pandemi COVID-19. “Realisasi PPM Rp1,65 trilun tahun lalu. Target 2022 Rp1,97 trliun. Ini untuk bantuan COVID-19,” ungkap Ridwan.