Investasi Peserta Tax Amnesty Jilid II di SBN Masih Rendah

Tenggat investasi di SBN bagi peserta PPS tinggal 6 bulan.

Investasi Peserta Tax Amnesty Jilid II di SBN Masih Rendah
Menkeu dalam Konferensi Pers PPS di Jakarta, Jumat (1/7). (dok. Kemenkeu)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Realisasi investasi peserta program pengungkapan sukarela (PPS) atau tax amnesty jilid II pada surat berharga negara (SBN) masih jauh dari yang diharapkan. Berdasarkan penelusuran di laman resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), nilainya baru mencapai Rp8,5 triliun hingga akhir Maret 2023.

Jumlah tersebut terdiri dari investasi Rp6,7 triliun dalam mata uang rupiah serta US$111,6 juta dengan mata uang dolar AS. Padahal, komitmen investasi peserta PPS tahun lalu mencapai Rp22,35 triliun.

Dengan mengikuti PPS, wajib pajak akan mendapat keringanan tarif PPh Final yang dikenakan atas harta yang belum diungkap, lebih kecil dibandingkan dengan yang diatur pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 tahun 2017. Di samping itu, wajib pajak peserta PPS juga dapat terhindar dari sanksi PPh 200 persen dalam undang-undang tax amnesty.

Tarif PPh Final peserta PPS Kebijakan I (yang mendeklarasikan aset per 31 Desember 2015 yang belum diungkap saat tax amnesty jilid pertama) adalah 6 persen sampai 11 persen. Sementara itu, PPh Final kebijakan II (yang mendeklarasikan aset sepanjang 2016-2020 yang belum dilaporkan pada SPT tahunan 2020) adalah 12 persen sampai 18 persen.

Tarif pengungkapan harta

Dalam undang-undang harmonisasi peraturan perpajakan (UU HPP), pemerintah juga mengenakan tarif atas pengungkapan harta paling kecil. Jadi, jika wajib pajak menginvestasikan aset yang diungkapkan, baik dari luar maupun dalam negeri, dalam surat berharga negara/kegiatan usaha sektor pengelolaan sumber daya alam (hilirisasi)/energi terbarukan di wilayah RI tarifnya sebagai berikut:

  • Kebijakan I sebesar 6 persen
  • Kebijakan II sebesar 12 persen

Untuk aset yang dideklarasikan tapi tak diinvestasikan sebagai berikut:

  • Kebijakan I: 8 persen untuk untuk repatriasi aset luar negeri dan aset dalam negeri, serta 11 persen atas deklarasi luar negeri
  • Kebijakan II: 14 persen untuk repatriasi aset luar negeri dan aset dalam negeri, serta 18 persen atas deklarasi aset luar negeri.

Investasi dapat dilakukan secara bertahap dengan jangka waktu paling singkat 5 tahun. Kemudian, harta yang diinvestasikan dapat dipindahkan ke dalam bentuk investasi lain setelah minimal 20 tahun.

Wajib pajak yang menginvestasikan hartanya juga dimungkinkan melakukan perpindahan antar investasi. Namun, perpindahan tersebut dibatasi maksimal dua kali dengan hanya satu kali perpindahan dalam setahun.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil