Jakarta, FORTUNE - Presiden Joko "Jokowi" Widodo meresmikan Bendungan Beringin Sila di Desa Motong, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (29/12).
Bendungan tersebut menjadi dam ke-34 yang telah dia resmikan dalam delapan tahun belakangan. Di Provinsi NTB, infrastruktur yang memakan dana APBN hingga Rp1,7 triliun ini merupakan bendungan ke-4 dari enam bendungan yang dibangun pemerintah.
Dengan luas genangan 126 hektare (ha), Beringin Sila diharapkan dapat mengairi 3500 ha sawah di Sumbawa dan sekitarnya. Dengan demikian, produksi pertanian di NTB dapat meningkat signifikan pada tahun-tahun mendatang.
"Kita harapkan di Kabupaten Sumbawa, khususnya yang dulu bisa panen sekali, nanti para petani bisa jadi panen dua atau bahkan tiga kali," ujar Presiden Jokowi dalam acara peresmian bendungan tersebut, Kamis (29/12).
Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, yang hadir dalam acara itu mengatakan pembangunan dam tersebut bertujuan mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan irigasi dan air baku di wilayah Kecamatan Utan dan Kecamatan Buer, Kabupaten Sumbawa.
Pasok listrik 1,4 MW
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Jarot Widyoko, mengatakan, Bendungan Beringin Sila juga dapat menghasilkan air baku sebesar 76 liter/detik untuk Kabupaten Sumbawa.
"Selain itu, juga bermanfaat untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) sebesar 1,4 MW, reduksi banjir sebesar 85 m3/detik atau sekitar 32,7 persen, serta potensi sebagai tempat pariwisata," ujar Jarot.
Sementara Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara, I Hendra Ahyadi, menjelaskan Bendungan Beringin Sila telah dilengkapi dengan Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) berkapasitas 40 liter/detik dengan reservoir 600 m3.
"Selain itu juga tersedia Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 35 KW yang digunakan untuk operasi bendungan sebagai alternatif PLN. Bendungan ini juga yang pertama menggunakan teknologi buka tutup pintu air jarak jauh dengan jaringan internet," kata Hendra.
Pembangunan Bendungan Beringin Sila dilakukan dalam dua paket: Paket I oleh PT Brantas Abipraya-PT. Mina (KSO), dan Paket II oleh PT Nindya Karya–PT. Lestari (KSO) dengan supervisi oleh PT Indra Karya–PT. Bina Karya–Tuah (KSO).