Jakarta, FORTUNE - Presiden Joko Widodo meresmikan ekspansi smelter lama PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur, yang dikelola oleh PT Smelting. Dalam sambutannya, Kepala Negara menyampaikan apresiasinya sebab perluasan tersebut membuat kapasitas produksi anoda maupun katoda tembaga PT Smelting bertambah dari 1 juta menjadi 1,3 juta ton per tahun.
"Ini menunjukkan komitmen PT Freeport Indonesia yang bekerja sama dengan Mitsubishi Materials, untuk menghilirkan, membangun hilirisasi, dengan ekspansi sehingga nilai tambah itu ada di Indonesia," ujarnya dikutip dari siaran langsung pada akun Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (14/12).
Jokowi menuturkan, dengan adanya ekspansi PT Smelting dan smelter baru PTFI yang tengah dibangun di di JIPEE Gresik, hasil olahan tembaga PTFI akan mencapai 3 juta ton per tahun.Smelter baru PTFI di JIPEE sendiri ditargetkan akan selesai pada Mei 2024 dengan kapasitas sebesar 1,7 juta ton per tahun serta Precious Metal Refinery sebesar 6.000 ton per tahun.
"Dan nilai tambahnya ada semua di Indonesia, karena dengan itu nanti akan muncul industri baru, seperti yang sudah ada, sudah dalam proses pembangunan untuk copper foil, nanti akan banyak yang menuju ke negara kita untuk membangun industri-industri turunan tembaga," imbuhnya.
Hilirisasi komoditas lain
Presiden juga menyampaikan bahwa pemerintah tak hanya memfokuskan hilirisasi komoditas tembaga atau komoditas mineral lain seperti nikel, bauksit dan timah, melainkan juga komoditas lain di luar mineral.
"Semuanya harus dihilirisasikan agar nilai tambah itu ada di negara kita, kesempatan kerja itu ada di negara kita baik itu di perkebunan, pertanian, perikanan, semuanya, jangan sampai kita kirim lagi mineral dalam bentuk mentah, bahan perkebunan, komoditas perkebunan pertanian dalam bentuk mentah harus jadi minimal setengah jadi atau syukur kalau bisa barang jadi," tegasnya.
Dalam kesempatan sama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan peresmian ekspansi smelter PT Smelting di Gresik, Jawa Timur, menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam menjalankan hilirisasi.
"Meskipun ada pihak yang tidak paham akan urgensi kebijakan hilirisasi, namun tindakan yang telah diambil Bapak Presiden Joko Widodo adalah langkah yang tepat dan kenyatan yang harus terjadi," ujar Erick.
Erick mengatakan upaya hilirisasi menjadi komitmen Indonesia untuk tidak terus menjadi sapi perah, sementara kekayaan sumber daya alamnya perlahan akan habis. "Kalau ada pihak yang memprotes hilirisasi dan ingin kita terus menerus menjual bahan mineral mentah, saya rasa perlu dipertanyakan nasionalismenya," tandasnya.