Jakarta, FORTUNE – Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6-7 persen untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (Middle Income Trap) sebelum 2045.
Hal ini telah didiskusikan bersama presiden terpilih, Prabowo Subianto, sejalan dengan target pemerintahannya mengejar pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Jika target tersebut tercapai, Indonesia diperkirakan akan lepas dari status middle income trap dan mencapai status negara maju pada 2041.
"Jika kita ingin keluar dari middle income trap sebelum Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaannya, maka ekonomi Indonesia harus tumbuh minimal 6-7 persen rata-rata selama 20 tahun ke depan. Sehingga kalau kita tumbuh 6 persen saja, 1 persen lebih cepat dari sekarang, kita bisa keluar dari middle income trap pada 2041," ujarnya dalam seminar bertajuk "Urgensi Industrialisasi untuk Mencapai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen", di Hotel Morrissey, Jakarta, Rabu (16/10).
Amalia menyatakan target tersebut juga telah masuk dalam rencana jangka panjang nasional (RPJPN) yang telah disahkan menjadi Undang-Undang. Untuk mencapai hal tersebut, dalam RPJPN lima tahun pertama Indonesia harus mencapai pertumbuhan ekonomi 5,6–6,1 persen.
"Pertanyaannya kemudian, apakah Bapak Presiden terpilih mempunyai visi mau tumbuh 8 persen? Kalau Bapak Presiden terpilih harus 8 persen, sah-sah saja. Artinya kita ingin mempercepat," ujarnya.
Sementara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, ada sejumlah skenario yang disiapkan Bappenas. Pertama, pertumbuhan ekonomi 5,7 persen pada 2025; 6,4 persen pada 2026; 7 persen pada 2027; 7,5 persen pada 2028; dan 8 persen pada 2029.
Skenario ini pun telah disampaikan kepada tim transisi pemerintahan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka setelah ditetapkan sebagai pemenang Pilpres oleh KPU.
"Skenario kedua, beliau ingin percepatan dengan pertumbuhan 8–8,3 persen, dan di tahun keempat sebesar 7,8 persen. Sehingga, rata-rata selama 5 tahun beliau mengharapkan ada sekitar 7,7 persen," kata Amalia.
Seiring dengan hal tersebut, Bappenas juga telah merancang akselerasi pertumbuhan ekonomi jangka pendek dan jangka menengah. Dalam jangka pendek, pemerintah akan mendorong aggregate demand untuk pertumbuhan ekonomi. Sementara dalam jangka menengah-panjang, pemerintah akan berfokus pada aggregate supply.
"Untuk jangka pendek, mungkin nanti melalui konsumsi. Dengan aggregate demand melalui makan bergizi gratis yang masif di seluruh Indonesia, dengan memastikan local content, dan ini bisa menjadi pendorong aggregate demand," ujarnya.