Jakarta, FORTUNE - Prof Dr Subroto, Mantan Menteri Pertambangan dan Energi 1978–1988, dalam era pemerintahan Presiden Soeharto, meninggal dunia pada Selasa (20/12). Subroto wafat pada pukul 16.25 WIB setelah menjalani perawatan intensif di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta.
Kabar tersebut dikonfirmasi Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk, Hilmi Panigoro, melalui keterangan resminya.
Subroto merupakan penasehat Medco Group dan banyak memberikan ide bagi perusahaan tersebut hingga mampu berkiprah di level nasional dan internasional.
“Manajemen dan keluarga besar Medco Grup berduka cita yang sedalam-dalamnya dan akan sangat kehilangan beliau. Jasa dan suri tauladan yang beliau tunjukkan akan selalu menjadi panutan bagi kami,” ujar Hilmi.
Kementerian ESDM dalam keterangannya menyebut jenazah Subroto akan disemayamkan di Bimasena pada Selasa (20/12) hingga pagi ini (21/12), untuk selanjutnya akan disemayamkan di Gedung Chairul Saleh, kantor Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM, mulai pukul 11.00–15.00 WIB.
Usai itu, jenazah akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada Rabu (21/12) pukul 15.30 WIB.
Profil Prof Dr Subroto
Subroto lahir di Solo, Jawa Tengah, pada 19 September 1923. Setelah lulus dari Akademi Militer di Yogyakarta pada 1948, beliau menyelesaikan Master of Arts dari McGill University, Canada, pada 1956, dan memperoleh gelar Doktor dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1958, serta gelar Profesor dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1965.
Dia juga mendapat gelar Doktor Honoris Causa bidang Hukum dari University of Alaska Anchorage (UAA), Alaska, USA
Sebelum menjabat Menteri Pertambangan dan Energi, ia pernah menjadi Menteri Transmigrasi dan Koperasi pada 1971–1973, dan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi pada 1973–1978. Subroto pernah menjabat sekretaris jenderal organisasi negara pengekspor minyak, OPEC, pada 1988-1994.
Di tingkat global, Subroto dikenal sebagai The Wise Minister Subroto from Indonesia. Julukan itu diberikan karena kearifan serta visinya yang hati-hati dalam pengelolaan minyak di kalangan negara-negara OPEC. Ia juga dikenal piawai berdiplomasi dan mampu meredam silang pendapat antarnegara OPEC, kala menjabat sebagai Presiden Konferensi (1985-1985) dan Sekretaris Jenderal pada tahun 1988-1994.
Subroto Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dan tercatat sebagai salah satu tokoh yang ikut merancang cetak biru pembangunan perekonomian Indonesia. Bersama Prof. Dr. Widjojo Nitisastro, Prof. Dr. Emil Salim, Prof. Dr. Moh. Sadli, dan Prof. Dr. Ali Wardhana, ia menjadi anggota Tim Ekonomi untuk pembangunan Indonesia pada era awal Orde Baru.
Subroto merupakan Pendiri dan Ketua BIMASENA, Perkumpulan Masyarakat Pertambangan dan Energi, Pendiri dan Ketua Dewan Pembina Indonesian Institute of Energy Economics (IIEE), Dewan Penasihat PT Medco Energi Internasional, Tbk., Dewan Komisaris PT Bank DBS Indonesia, Ketua Dewan Pembina Yayasan Bangun Bina Anak Indonesia, Ketua Dewan Penasihat Indonesian Mining and Minerals Research Institute (IMMRI), Ketua Dewan Pengawas Ikatan Keluarga Akademi Militer (IKAM), dan Dewan Penasehat ASPERMIGAS.