Jakarta, FORTUNE - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Arsjad Rasjid mendorong para pengusaha untuk terjun ke industri olahraga yang masih belum berkembang pesat di Indonesia. Padahal, di beberapa negara maju, olahraga sudah menjadi salah satu dari lima besar industri yang turut serta memutar roda perekonomian negara.
Hal tersebut dibuktikan dari berbagai data di global market, bahwa terlepas dari pandemi yang membuat industri olahraga secara global menurun hingga 15.4 persen, namun kenaikan pangsa pasarnya secara global diprediksi hingga US$600 miliar pada 2025.
'Indonesia belum ke sana. Karena itu kami ingin hadir khususnya bagaimana mendukung industri olahraga dalam konteks bisnisnya. Jadi dalam istilah kita cuannya. Kalau enggak ada cuannya enggak bisa bangun olahraga," ujarnya di Menara Kadin, Jumat (17/12).
Menurut Arsjad, industri olahraga selalu terbagi menjadi dua sisi berdasarkan segmentasi pasarnya. Pertama, participatory sports atau olahraga yang dilakukan sebagai hobi atau rekreasi. Kedua, sebagai spectator sports atau olahraga sebagai tontonan dan hiburan.
Namun, setelah adanya pandemi, lebih dari 70 persen market di industri olahraga tersegmentasi ke dalam participatory sports. Padahal kalau keduanya bisa berjalan beriringan dan sama besarnya, maka industri olahraga bisa berkembang lebih pesat karena bisnisnya juga berjalan.
"Dalam hal ini bagaimana kita bicara bagaimana kombinasi partisipasi dalam konteks hobi dan sepctator sportnya," tuturnya.
Selain dari sisi bisnis, olahraga juga penting karena sangat berkaitan erat dengan pembangunan sumber daya manusia (SDM) yakni dari sisi kesehatan.Dengan SDM yang lebih sehat, maka biaya pemerintah untuk menambal defisit BPJS Kesehatan yang jadi problem menahun juga bisa ditekan.
"Kalau kita bicara kesehatan itu tandanya kita bicara rumah sakit, kesehatan dan lain-lain. Itu kan masalah. Tapi yang kita ingin adalah prevention. tujuannya apa? Kalau misalnya kita tidak melakukan prevention biaya daripada BPJS naik terus-terusan. Jadi yang paling benar adalah bangsa Indonesia yang sehat," tegasnya.
Tandatangani MoU dengan IMI dan PRSI
Dalam kesempatan tersebut, Arsjad juga menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI), tentang sinergitas program pengembangan industri dan usaha olahraga dan kendaraan bermotor di Indonesia.
Penandatanganan MoU tersebut juga dilakukan langsung oleh Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) yang juga merupakan Ketua MPR Bambang Soesatyo.
MoU yang berlaku selama tiga tahun ini, terhitung sejak tanggal ditandatangani dan dapat diperpanjang atas persetujuan tertulis para pihak, juga mendorong dan memfasilitasi para pengusaha untuk berinvestasi di sektor industri penunjang, sarana dan prasarana olahraga otomotif di Indonesia, sekaligus merumuskan strategi pengembangan industri olahraga dan kendaraan bermotor di Indonesia.
Selain dengan IMI, Arsjad juga menandatangani MoU ini dengan Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) bersama dengan Ketua PB PRSI Anindya Novyan Bakrie yang juga merupakan ketua dewan pertimbangan KADIN.
MoU dengan PRSI ini bertujuan untuk mengakselerasi prestasi olahraga akuatik menuju prestasi dunia, melalui perhatian dan dukungan dunia usaha dalam bentuk fasilitasi dukungan dana kepada pembinaan prestasi atlet olahraga akuatik.
KADIN, kata Arsyad, menyadari bahwa tanggung jawab dan peran federasi sangatlah berat yaitu pembinaan atlet menuju prestasi. Sehingga dirinya menyadari jika hal tersebut harus didukung fasilitas, infrastruktur, serta branding atau presence media dari olahraga itu sendiri kepada publik.
"Kadin akan bergerak bersama dengan IMI dan PRSI untuk memaksimalkan kekuatan domestik dalam hal penyediaan peralatan olahraga, fasilitas, dan inisiasi event-event olahraga. Hal ini diharapkan akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam otomotif dan renang, yang kemudian dapat menunjang pasar industri olahraga Indonesia ke depannya," tandas Arsjad.