Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina International Shipping (PIS), subholding integrated marine logistics Pertamina, sempat menjadi sorotan saat konflik di Laut Merah memanas pada pertengahan Januari lalu. Pasalnya, pada 17 Januari 2024, salah satu kapal tanker perseroan, MT Gamsunoro, berhasil melintasi rute tersebut dan lolos dari serangan Houthi—milisi bersenjata asal Yaman.
Meski demikian, Gamsunoro bukan satu-satunya kapal PIS yang melayari rute berbahaya tersebut. Kepada Fortune Indonesia, Direktur Crude and Petroleum Tanker PIS Brilian Perdana mengatakan ada dua kapal lain yang melewati jalur serupa, yakni MT Galunggung dan MT Jenggala Nassim.
Gamsunoro dan Galunggung adalah tangker jenis medium milik PIS yang disewakan kepada pihak ketiga melalui kontrak jangka waktu tertentu (chartered party). Dua kapal tersebut melayani pasar internasional sejak 2023, seiring dengan dorongan Kementerian BUMN agar perusahaan pelat merah bisa go global.
Sebaliknya, Jenggala Nassim justru merupakan kapal yang disewa PIS dan dikhususkan untuk mengangkut lifting minyak mentah (crude oil) dari Algeria ke Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat.
Dengan panjang keseluruhan 274,39 meter, kapal ini dapat membawa minyak mentah dengan volume 950 ribu-1 juta barrel sekali jalan (per-shipment). Dengan kapasitas angkut sebesar itu, PIS bisa mengapalkan sekitar 6 juta barel feedstock tambahan untuk Kilang Balongan per tahun—dengan estimasi waktu 2 bulan sekali perjalanan—dan mengurangi impor BBM yang harganya relatif mahal dan turut menekan neraca perdagangan.
Hanya saja, Gamsunoro memang jadi kapal PIS pertama yang berhasil melintasi Laut Merah dengan aman, meski sempat terhenti sebelum memasuki Bab El-Mandeb pada 16 Januari 2024. Selat yang memisahkan benua Asia dan Afrika ini menjadi titik terpanas serangan Houthi pada 14-17 Januari 2023. Pada kurun tersebut, beradasarkan pantauan Vortexa—perusahaan intelejen energi berbasis di London—hanya 58 persen kapal yang melintas di wilayah Laut Merah dibandingkan masa-masa normal
“Pada saat kejadian, kami baru selesai loading dari Fujairah, Uni Emirates Arab. Menunggu untuk masuk ke Red Sea karena kargo-nya dibongkar di pelabuhan yang namanya Rabikh. Di Jeddah, Saudi Arabia,” jelas Brilian.
Tak lama setelah Gamsunoro melenggang dengan aman, MT Galunggung juga berhasil melalui wilayah berisiko tinggi tersebut dari arah sebaliknya. Brilian menjelaskan, usai bongkar muatan di pelabuhan Yanbu, Arab Saudi, saat itu Galunggung harus melewati Bab El-Mandab untuk belayar di sekitar Teluk Oman dan Persia.
“Kami berpikir kapal ini harus segera dikeluarkan dari area Laut Merah. Pilihannya hanya dua. Dia melewati suez kanal, keluar, mengambil rute lebih jauh ke Afrika Barat. Atau dia lewat Bab El-Mandab, melintasi area serangan Houthi. Setelah kami identifikasi semua risikonya, koordinasi dengan otoritas terkait, kami waktu itu memutuskan untuk tetap lewat Laut Merah. Kenapa? Karena Karena kondisi kapal waktu itu sebetulnya kosong. Tidak ada muatan. Jadi lebih aman.”
Keberhasilan dua kapal tersebut turut membuat PIS lebih yakin untuk tidak mengubah rute Jenggala Nassim, yang hendak melintasi Laut Merah pada 13 Februari 2024. Dan terbukti, dengan melakukan monitoring ketat, memantau perkembangan situasi dan berkoordinasi dengan otoritas terkait di masing-masing wilayah, kapal tersebut bisa berlayar aman seperti Gamsunoro dan Galunggung.
Meski demikian, untuk mengamankan pelayaran Jenggala Nassim, PIS juga menyiapkan skenario untuk menghindari pelayaran via Laut Merah. Rute alternatif melalui Afrika Barat pun disiapkan ketika kapal tersebut berangkat dari Pelabuhan Lawe-lawe di Makasar pada 25 Januari lalu.
Namun, PIS juga mempertimbangkan aspek komersial maupun operasional ketika jalur memutar lewat Afrika Barat diambil. Sebab, dengan jarak tempuh yang lebih jauh, waktu berlayar Jenggala Nassim juga akan bertambah sepuluh hingga lima belas hari. Artinya, jika rerouting dilakukan, Pertamina harus menyewa kapal tambahan untuk satu kali pengangkutan crude yang tak bisa terlifting karena lamanya waktu pengangkutan.
“Kalau nanti misalnya rerouting, kan ada satu kargo yang tidak bisa terangkut oleh kapal Jenggala Nassim ini. Kami akan melakukan optimasi dengan kapal yang lain yang ada, atau nanti kami akan carikan kapal pengganti dari market,” jelasnya.