Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, mendorong percepatan penandatanganan Anggaran Dasar untuk Global Blended Finance Alliance (GBFA).
Pasalnya, dari sembilan negara yang telah meneken Letter Of Intent (LoI) sebagai calon anggota pendiri GBFA pada Forum Air Dunia ke-10 Mei lalu, baru Kenya yang meratifikasi perjanjian tersebut.
GBFA, atau Aliansi Keuangan Campuran Global, merupakan komunitas global yang dideklarasikan pada KTT G20 di Bali pada 2022. Inisiatif ini dibentuk dengan ambisi untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan dalam mencapai aksi iklim dan pencapaian SDGs di negara-negara maju dan berkembang.
Menurut Luhut, sumber daya publik saja tidak cukup untuk mencapai skala yang dibutuhkan dalam pencapaian SDGs dan aksi iklim. Dengan menggabungkan modal dari sektor publik, filantropi, dan sektor swasta, GBFA G20 Bali dapat meningkatkan investasi, menciptakan pasar baru, dan membuka triliunan dolar yang dibutuhkan untuk menutup kesenjangan pembiayaan di negara-negara berkembang.
"Waktu untuk bertindak semakin sempit dan membutuhkan dukungan finansial, yang saya pikir sangat, sangat penting, terutama untuk negara-negara berkembang," ujarnya saat memberi sambutan pada acara penandatanganan Article of Agreement GBFA G20 oleh Prime Cabinet Secretary and Cabinet Secretary of Foreign and Diaspora Affairs of Kenya, Musalia Mudavadi di Park Hyatt Jakarta, Kamis (17/10).
Luhut berharap GBFA dapat segera menjadi organisasi internasional melalui ratifikasi Anggaran Dasar tersebut oleh sembilan negara yang telah menandatangani LoI. Selain itu, ia juga mendorong negara lain seperti Uni Emirat Arab (UEA), Fiji, Republik Demokratik Kongo, Luksemburg, Sri Lanka, Kanada, dan Prancis untuk bergabung dengan GBFA G20 Bali selama COP29 di Baku, Azerbaijan, tahun ini.
"Kami juga mencatat bahwa Papua Nugini, Jerman, Australia, dan Singapura telah menyatakan minat untuk berpartisipasi dalam organisasi internasional baru ini," katanya.
Luhut menekankan bahwa negara-negara berkembang sangat membutuhkan platform seperti GBFA karena telah memiliki instrumen keuangan dan mekanisme yang terbukti yang bisa disesuaikan, diperluas skalanya, dan diimplementasikan lebih efektif. Melalui GBFA, negara-negara berkembang juga akan difasilitasi dalam menyiapkan platform negara agar layak untuk investor potensial.
GBFA juga bertujuan menyalurkan modal ke area yang tidak hanya menangani kebutuhan saat ini, tetapi juga menjaga masa depan generasi berikutnya.
"Akhirnya, saya berharap kolaborasi dari semua pemangku kepentingan di GBFA G20 Bali akan menciptakan efek riak. Biarkan saya ulangi, efek riak yang meluas jauh melampaui tujuan langsung kita. Bersama-sama, kita akan mengubah visi ini menjadi lebih banyak aksi," ujarnya.