Jakarta, FORTUNE - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bercerita soal layanan chat bot WhatsApp untuk program vaksinasi di Indonesia selama masa pandemi. Dalam acara Indonesia Milenial dan Gen-Z Summit, Rabu (29/9), ia mengaku tak menyangka CEO WhatsApp memberikannya secara gratis kepada pemerintah.
"CEO itu bilang sudahlah aku kasih gratis buat Indonesia," kata Budi ketika bercerita tentang bantuan berbagai pihak ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) selama pandemi Covid-19.
Mulanya, Kemenkes berniat menggunakan WhatsApp business untuk berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat dalam program vaksinasi. Namun, kata Budi, harganya cukup mahal jika digunakan untuk program yang menjangkau jutaan masyarakat Indonesia.
Akhirnya Kemenkes memanfaatkan layanan robot percakapan atau chatbot dari WhatsApp untuk melakukan registrasi bagi penerima vaksinasi Covid-19. Selain itu, robot percakapan tersebut dapat membantu pengguna dalam memberikan informasi mengenai vaksinasi.
"CEO WhatsApp dia tanya buat apa sih? Buat vaksinasi. Dia kaget. Sekalian buat data. Pakai Chatbot. Baru tahu namanya chatbot. Dan CEO itu bilang sudahlah aku kasih gratis buat Indonesia. Namanya Will Cathcart. Aku ketemu. Dia bilang 'Aku kasih gratis buat Indonesia.' Jadi kita dikasih WhatsApp gratis buat program vaksinasi, buat data seluruh Indonesia, dipakai untuk seluruh Pemprov," jelasnya.
Budi menuturkan, setelah memberikan layanan tersebut secara cuma-cuma di Indonesia, CEO WhatsApp diundang oleh sidang umum PBB. Dalam acara tersebut, kata Budi, Will diminta membagikan ceritanya tentang kontribusi WhatsApp membantu program vaksinasi di negara berkembang dengan 270 juta penduduk.
"Itu satu. Betapa digitalisasi membantu komunikasi langsung kemudian chat bot nya itu dikasihi untuk meregistrasi," terangnya.
Gandeng startup telemedicine
Selain bantuan dari WhatsApp, Budi juga bercerita tentang bantuan para startup ketika pemerintah menghadapi kenaikan angka Covid-19 akibat varian Omicron. Waktu itu, kata dia, banyak tenaga kesehatan yang kualahan usai mengahadapi kenaikan kasus akibat varian Delta.
Ia lalu menengok para pengembang aplikasi telemedicine yang selama ini belum banyak dimanfaatkan di Indonesia. Kepada 11 pengembang aplikasi, ia bertanya apakah mereka bisa membantu pemerintah melayani para pasien Covid-19 yang isolasi mandiri di rumah dan bekerja sama dengan jasa pengiriman Sicepat untuk mengirimkan obat-obatan.
"Dan karena mereka ingin user banyak, startup kan begitu, makin banyak user valuasi naik, jadi senang. Kasih gratis dong buat Kemenkes. Akhirnya banyak tuh yang masuk. Kirim obatnya pakai Sicepat," jelasnya.
Bahkan saat itu layanan telemedicine yang bekerja sama dengan Kemenkes bisa melakukan 50 ribu konsultasi sehari dan 50 ribu pengiriman paket obat-obatan dalam sehari. "Jadi pertama kalinya Kemenkes dipuji. Biasanya Kemenkes dicela," ucapnya berkelakar.
Atas keberhasilan tersebut, Budi sesumbar bahwa negara lain seperti Amerika kagum dengan cara pemerintah menangani pandemi. Namun, ia berujar "saya bilang yang kerja bukan Kemenkes tapi milenialnya."