Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS belum berdampak signifikan terhadap belanja subsidi energi pada tahun ini.
Meski demikian, pemerintah akan terus memantau perkembangan situasi geopolitik dan keamanan di Timur Tengah mengingat kawasan tersebut merupakan konsentrasi produksi komoditas energi.
Jika eskalasi konflik merembet ke Timur Tengah, diperkirakan rantai pasok dan harga energi di tingkat global juga akan terpengaruh.
"Kami sampai hari ini belum melihat itu sebagai hal yang signifikan," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, seperti dikutip Antara, Selasa (24/10).
Pemerintah juga terus memantau potensi-potensi diperlukannya penyesuaian terhadap pagu belanja di APBN yang dipicu situasi perekonomian global saat ini.
"Makro semua akan kita terus pantau karena semua bergerak. Harga minyak, nilai tukar, suku bunga. Kita akan lihat bagaimana penyesuaiannya terhadap APBN," kata Sri Mulyani.
Rupiah nyaris sentuh Rp16.000 per US$
Dalam beberapa pekan terakhir, kurs rupiah terus mengalami pelemahan menyusul penguatan dolar AS. Pada akhir perdagangan Senin (23/10), rupiah ditutup lebih rendah 61 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.994 per US$ dari posisi hari sebelumnya yang mencapai Rp15.873 per US$
Sementara pada pukul 12.45 WIB hari ini, rupiah mencapai level Rp15,847 per US$ atau naik 0,47 persen dari pembukaan pada Rp15.949 per US$.
Kurs rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin (24/10) turut melemah ke posisi Rp15.943 dari sebelumnya Rp15.856 per dolar AS.
Sementara itu, realisasi belanja subsidi energi pada APBN 2023 hingga akhir Agustus 2023 mencapai Rp90,84 triliun. Ini terdiri atas subsidi BBM dan subsidi elpiji tabung 3 kg Rp53,64 triliun, sedangkan subsidi listrik mencapai Rp37,20 triliun.
Khusus untuk subsidi listrik, berdasarkan data Kementerian Keuangan hingga akhir Agustus 2023, besarannya telah mencapai 51,26 persen dari pagu atau naik 20,46 persen (yoy). Kenaikan tersebut di antaranya dipengaruhi oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga Agustus 2023 yang melemah 3,50 persen (yoy).