OECD Ramalkan Pertumbuhan Ekonomi Global Cuma 2,2 Persen di 2023

Asia diperkirakan hanya mencapai tiga per empat PDB global.

OECD Ramalkan Pertumbuhan Ekonomi Global Cuma 2,2 Persen di 2023
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (unsplash.com/Markus Spiske)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global turun dari 3,1 persen tahun ini menjadi 2,2 persen pada 2023.

Dalam laporan Prospek Ekonomi (EO) terbarunya pada Selasa (22/11), OECD mengatakan indikator perlambatan terlihat dari kecepatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global tahun ini yang baru sekitar setengah dari kecepatan yang tercatat pada tahun 2021.

Dengan demikian, tingkat pertumbuhan yang diproyeksikan untuk tahun 2023 terkoreksi jauh di bawah perkiraan sebelum pecahnya konflik Rusia-Ukraina.

"Asia akan menjadi mesin utama pertumbuhan pada 2023 dan 2024, sedangkan Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan akan mengalami pertumbuhan yang sangat rendah," tulis laporan tersebut, seperti dikutip Antara, Rabu (23/11).

OECD juga memperkirakan pasar negara berkembang utama di Asia akan mencapai hampir tiga perempat dari pertumbuhan PDB global pada tahun 2023. Sementara ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan akan melambat.

"Tertahan oleh harga energi dan makanan yang tinggi, kepercayaan yang lemah, berlanjutnya kemacetan pasokan dan dampak awal dari kebijakan moneter yang lebih ketat, pertumbuhan tahunan di kawasan euro pada 2023 diproyeksikan menjadi 0,5 persen," kata organisasi itu.

Pertumbuhan ekonomi AS

Menurut OECD, perekonomian Amerika Serikat hanya akan tumbuh sebesar 0,5 persen pada tahun 2023, lebih rendah dibandingkan dengan 1,8 persen pada tahun 2022. Pasar energi tetap berada di antara risiko penurunan pertumbuhan ekonomi yang signifikan bagi negeri Paman Sam.

"Eropa telah menempuh perjalanan panjang untuk mengisi kembali cadangan gas alamnya dan mengekang permintaan, tetapi musim dingin ini di Belahan Bumi Utara pasti akan menantang," katanya.

Ia menambahkan bahwa harga gas yang lebih tinggi atau gangguan pasokan gas langsung akan menyebabkan pertumbuhan yang jauh lebih lemah dan inflasi lebih tinggi di Eropa dan dunia pada tahun 2023 dan 2024.

Mempercepat investasi dalam adopsi dan pengembangan sumber-sumber energi bersih akan sangat penting untuk mendiversifikasi pasokan energi dan memastikan keamanan energi, OECD menekankan.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Emas Menguat Setelah Data Inflasi AS Lebih Rendah Dari Ekspektasi
TikTok Diblokir Mulai 19 Januari 2025, Pengguna AS Beralih
WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Openspace Himpun Dana US$165 Juta, Siap Perluas Investasi Startup
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers