Pembukaan Ekonomi Cina Bakal Beri Dorongan ke Perekonomian Global

Sejumlah negara cemas pembukaan kembali Cina kerek inflasi.

Pembukaan Ekonomi Cina Bakal Beri Dorongan ke Perekonomian Global
Chengdu/China-Feb.2020: Penjaga keamanan dengan masker wajah di luar pasar makanan laut lokal untuk pemeriksaan suhu selama wabah virus corona yang sedang berlangsung. Shutterstock/Amar Shrestha
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pembukaan kembali Cina diprediksi bakal memberikan dorongan bagi perekonomian global yang tengah lesu. Dorongan pertumbuhan akan dirasakan melalui sektor jasa seperti penerbangan, pariwisata, dan pendidikan. Ukuran itu muncul karena warga negara Cina kini mulai melakukan perjalanan internasional pertamanya sejak Covid-19 melanda dunia. 

Mengutip Bloomberg, negara-negara Asia Tenggara yang bergantung pada pariwisata kemungkinan akan menjadi yang pertama menikmati dampak pembukaan tersebut. Pun begitu, limpasan rezeki dari kembalinya pengunjung Cina juga akan dirasakan negara-negara maju.

Imbas positif pembukaan Cina juga dinikmati negara penghasil komoditas. Meski pemulihan ekonomi negara tersebut diperkirakan masih lambat, pembukaan perbatasan sejalan dengan upaya untuk menopang kemerosotan real estat. Melajunya kembali sektor properti akan memberikan dorongan bagi produsen komoditas seperti Chili dan Brasil.

Dampaknya terasa pada pasar keuangan. Harga tembaga telah melonjak hingga US$9.000 per ton untuk pertama kalinya sejak Juni, saham pertambangan Australia naik ke level tertinggi sepanjang masa, dan mata uang peso Chili menikmati rentetan kenaikan terbaiknya sejak Agustus—semua karena taruhan pembukaan kembali Cina.

Kepala Dana Moneter Internasional minggu lalu menggambarkan poros Cina dari Covid Zero kemungkinan merupakan satu-satunya faktor terpenting untuk pertumbuhan global pada 2023. Ini berarti Cina adalah kontributor positif untuk pertumbuhan global pada sekitar pertengahan tahun.

"Pembukaan kembali Cina akan memberikan sentakan yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan global," kata Frederic Neumann, kepala ekonom Asia di HSBC Holdings Plc. “Sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, percepatan belanja rumah tangga dan investasi China akan membantu meletakkan dasar di bawah perdagangan global pada saat permintaan di Barat goyah."

Penerbangan segera pulih

Di sektor jasa, Cina memperkirakan jumlah penerbangan internasional akan pulih setara dengan 15-25 persen dari tingkat pra-pandemi Cina pada akhir Maret.

Analis Barclays Plc seperti Jian Chang memperkirakan lonjakan pariwisata outbound. Menurutnya, data dari Ctrip International Ltd. menunjukkan pemesanan perjalanan internasional untuk liburan Tahun Baru Imlek yang akan datang melonjak 260 persen ketimbang tahun sebelumnya. Menurut mereka, negara-negara dengan perekonomian maju seperti AS, Inggris dan Australia akan menikmati manfaatnya.

Sebelum Covid, Cina mengalami defisit sektor jasa US$260 miliar, dan 85 persen di antaranya disebabkan pariwisata ke luar negeri.

Para turis Cina di Asia Tenggara menyukai Thailand dan Vietnam. Tahun lalu Thailand menarik sekitar 11,5 juta pengunjung asing, turun dari 40 juta pada 2019, dan hampir seperempatnya berasal dari Cina. Pemerintah mengharapkan 25 juta pengunjung asing tahun ini.

Pada saat sama, pemulihan domestik di Cina akan mendorong permintaan impor yang lebih kuat dan pembelian merek asing. Sementara data resmi yang dirilis Selasa kemungkinan akan menunjukkan penjualan ritel terkontraksi tahun lalu. S&P Global memperkirakan pertumbuhan ritel mencapai 5,8 persen pada 2023.

Yang pasti, rebound Cina tidak diprediksi lembaga-lembaga internasional terjadi secara linier.

Pembukaan Cina tambah tekanan inflasi

Ada juga pertanyaan seputar bagaimana Cina akan memengaruhi inflasi global. Bloomberg Economics memperkirakan pembukaan kembali akan mendorong pertumbuhan PDB China 2023 menjadi 5,1 persen, yang akan menambah sekitar 0,9 poin persentase ke inflasi global, relatif terhadap apa yang akan terjadi jika kebijakan Covid Zero dilanjutkan.

Pembuat kebijakan mewaspadai bagaimana Cina dapat menentukan harga. Gubernur Bank of Korea, Rhee Chang-yong, pekan lalu mengakui bahwa sementara Cina dapat meningkatkan ekspor negaranya, hal itu juga dapat memicu tekanan inflasi.

"Jika ekonomi Cina pulih dengan cepat, itu mungkin baik untuk neraca berjalan Korea, tetapi dapat menyebabkan harga minyak mentah naik," katanya kepada wartawan.

Namun, untuk ekonomi dunia yang mengharapkan kabar baik, rebound permintaan dari Cina akan disambut baik. Jika pemulihan berjalan seperti yang diharapkan, Cina mungkin akan menyumbang setengah dari pertumbuhan global, perkiraan Alicia Garcia-Herrero, kepala ekonom Asia Pasifik di Natixis SA.

“Mengingat pertumbuhan kecil yang diharapkan untuk AS dan Eropa, dengan risiko penurunan resesi untuk keduanya, pertumbuhan PDB 5,5 persen yang kami harapkan untuk Cina pada 2023 – bahkan jika tidak mengesankan – akan sangat berkontribusi terhadap pertumbuhan global,” katanya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024