Jakarta, FORTUNE - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal memulai program biodiesel 35 persen akhir Juli ini. Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Edi Wibowo mengatakan nantinya penerapan campuran minyak sawit ke solar tersebut akan dilakukan secara bertahap pada industri tertentu.
"Mudah-mudahan tidak ada masalah dan bisa diterapkan sesuai dengan harapan pemerintah di akhir Juli nanti bisa berjalan. Walaupun bisa kita lakukan bertahap menuju B35. Secara bertahap tidak langsung. Kita harapkan bisa kita terapkan secara nasionalnya," jelasnya dalam CNBC Energy Corner, Senin. (11/7).
Ia melanjutkan, saat ini payung hukum berupa keputusan menteri terkait penggunaan spek kendaraan bahan bakar tersebut juga tengah disiapkan. Beleid berupa keputusan menteri tersebut dikeluarkan lantaran Peraturan Menteri terkait penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar sudah mengakomodasi persentase yang harus digunakan, sehingga tinggal mengatur spesifikasi kendaraannya saja.
"Kesiapan aspek regulasi sebenarnya juga tidak ada perubahan signifikan karena berdasarkan regulasi eksisting peningkatan B30 menjadi B35 dimungkinkan tanpa merubah Permen ESDM. Namun saat ini kami juga tengah menyiapkan Kepmen ESDM yang mengatur pencampuran persentase biodiesel tersebut dengan flexible," ujarnya.
Target serapan biodiesel direvisi
Menurut Edi, fleksibilitas kebijakan dalam penerapan mandatori biodiesel diperlukan sebagai instrumen pengendalian harga tandan buah sawit (TBS). Pasalnya, bahan baku untuk campuran biodiesel tersebut sangat rentan dengan gejolak harga komoditas global.
Dengan regulasi yang fleksibel, pemerintah dapat menyesuaikan penggunaan campuran minyak sawit ke solar sewaktu-waktu. Misalnya, ketika harga sawit tengah murah, mandatori campuran biodiesel dapat ditingkatkan menjadi 40 persen (B40). Sebaliknya, jika suplai berkurang karena permintaan meningkat, penggunaannya dapat diubah menjadi minimal 30 persen (B30).
"Kalau kita lihat suplai demand kita harapkan serapan dari pasar banyak sehingga mengerek harga TBS di tingkat petani. Makanya kami sampaikan fleksibel kalau CPO lagi rendah akan diserap dengan B35-40 tapi nanti kalau pasokan kurang dibuat jadi B-30 lagi jadi kita lihat di B30 minimalnya," jelasnya.
Ia juga memprediksi serapan biodiesel akan meningkat dengan adanya program B35 ini. Karena itu pemerintah akan segera menyesuaikan target serapan dari semula 10,5 juta kl menjadi 10,8 juta kl.
"Kami harapkan target kita di akhir tahun dengan B30 10,1 juta kl itu bisa terealisasikan. Dengan adanya program B35 otomatis target akan kita evaluasi kembali karena akan meningkat dari target awal dari 10,5 juta kl menjadi 10,8 juta kl nantinya," imbuhnya.
Adapun hingga akhir Juli lalu, serapan bahan bakar B30 masih sesuai dengan target yang ditetapkan pemerintah. "Awal Juli 2022 serapan kita 4,9 juta kl hampir 5 juta kl. Jadi dengan persentase alokasi awal 10,15 juta kl itu kita serapannya hampir 49 persen," tandasnya.