Jakarta, FORTUNE - Pendiri dan ekonom senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Hendri Saparini, menyarankan presiden terpilih, Prabowo Subianto, menerapkan tiga pendekatan guna mencapai Pertumbuhan Ekonomi tinggi. Tujuannya, agar Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap).
Pertama, implementasi pendekatan ekonomi yang melibatkan semua pihak dan memberikan akses untuk terlibat dalam memajukan industri. Dengan demikian, tidak ada lagi orang yang menganggur dan tidak beroleh pendapatan karena tidak dapat bekerja.
"Sebenarnya, semua orang itu bisa bekerja, tapi pemerintah baru perlu membuat kebijakan ekonomi agar orang bisa melakukan sesuatu," ujarnya dalam seminar bertajuk "Urgensi Industrialisasi untuk Mencapai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen", di Hotel Morrissey, Jakarta, Rabu (16/10).
Kedua, merevitalisasi industri dengan membangun industri dasar dan menggerakkan semua sektor di daerah. Menurutnya, industri manufaktur bisa menjadi jangkar untuk membangun keterkaitan antarsektor (backward dan forward linkage) dengan industri-industri pendukung.
Ketiga, menyusun strategi dan kebijakan industri yang lebih mumpuni dan inovatif di tengah perubahan global, bukan hanya menciptakan keamanan bagi konsumen, melainkan juga bagi pasar. Ia mencontohkan bahwa perjanjian perdagangan bebas dan kerja sama ekonomi global perlu dilakukan secara lebih terukur berdasarkan pengembangan industri nasional, baik hulu-hilir maupun besar-kecil.
"Kita membutuhkan kebijakan yang komprehensif dan inklusif," katanya.
Dalam kesempatan sama, Ketua Pengembangan Industri Logam dan Alat Transportasi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), I Made Dana Tangkas, menanggapi dengan menyarankan agar pemerintah memberikan perhatian lebih pada industri di lima sektor strategis, yaitu manufaktur, perdagangan, pertanian, pertambangan, dan konstruksi.
Selain itu, ia juga mengusulkan empat strategi kunci untuk mendorong industri sebagai motor penggerak ekonomi.
Pertama, kolaborasi dengan pemerintah dalam pemanfaatan insentif dan pembangunan infrastruktur. Kedua, diversifikasi rantai pasok untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber.
Ketiga, peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas serta daya saing industri. Keempat, komitmen pada keberlanjutan menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan