Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina (Persero) membuka peluang Pertalite dapat dijual di Prestashop pada kuartal IV tahun ini. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyampaikan wacana tersebut tengah dibahas bersama Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas).
"Kami terbuka untuk itu dan sedang dibahas oleh BPH Migas sehingga nanti di triwulan keempat itu dimungkinkan," ujarnya dalam rapat bersama Komisi VII, Senin (9/10).
Menurut Nicke, pembahasan intensif dengan BPH Migas terus berlangsung mengingat pentingnya kesiapan Pertashop untuk dapat mempersiapkan infrastruktur untuk menyalurkan Jenis BBM Tertentu (JBT) dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP), "mengingat untuk pertanggungjawaban terhadap auditor negara ini kan perlu governance yang baik," katanya.
Sebagai contoh, SPBU Pertamina dalam menyalurkan BBM subsidi dilengkapi dengan perangkat digital, CCTV, serta automatic tank gauge. Sehingga, jika Pertashop ingin ikut dalam penjualan Pertalite dan BBM subsidi lainnya, kelengkapan infrastruktur tersebut juga harus dimiliki.
"Dan tentu saja ini sifatnya adalah tidak mandatory. Kami akan menawarkan pada Pertashop, jika nanti keputusan dari BPH Migas go, tentu ini akan kita buka," ujarnya.
Meski demikian, Nicke juga mengingatkan pemilik Pertashop bahwa margin keuntungan dari penjualan Pertalite sangat tipis karena sifatnya yang bersubsidi. Sebagai gambaran, kata dia, margin keuntungan yang didapat dari menjual per liter bensin Pertalite sekitar 40 persen dari margin keuntungan penjualan Pertamax.
"Karena ini barang subsidi jadi marginnya pun dipatok oleh pemerintah, sehingga untuk mendapatkan level profit margin yang sama ini harus berkali-kali lipat sampai, kalau dalam hitungan kami, tiga setengah kali lipat untuk mendapatkan level margin profit yang sama. Dan tentu saja plus harus ditambah dengan tadi, infrastruktur yang memadai," katanya.
Pengusaha Pertashop mengeluh
Sebelumnya, pengusaha Pertashop ramai-ramai mengadukan masalah dan kerugian yang mereka hadapi ke Komisi VII DPR RI, Senin (10/7).
Gunadi Broto Sudarmo, Ketua Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng dan DIY, mengatakan 244 atau 47 persen pengusaha Pertashop di Indonesia merugi.
Mereka adalah pengusaha Pertashop dengan omzet jual BBM kurang dari 200 liter per hari dengan laba kotor Rp5.100.000 per bulan. Margin tiap liter Pertamax yang dijual hanya mencapai Rp850 per liter, dan total BBM maksimal yang bisa dijual hanya 3.000 liter.
"Untuk biaya operasional, ada gaji operator minimal 2 orang. Rp4 juta. Masing-masing Rp2 juta. Ada losses. Dan lain sebagainya. Ini belum untuk kewajiban ke bank," katanya di hadapan komisi VII DPR.
Menurut Gunadi, disparitas harga yang makin jauh antara Pertalite dan Pertamax membuat omzet penjualan Pertashop merosot hingga 90 persen. Dia menggambarkan ketika harga Pertamax hanya Rp9.000 per liter dan Pertalite Rp7.000 per liter, penjualan Pertashop bisa mencapai 34.000 liter per bulan.
"Namun, setelah terjadinya disparitas harga antara Pertamax dan Pertalite mulai April (2022), itu omzet langsung turun drastis," ujarnya.
Pada harga Pertamax Rp12.500 per liter, omzet Pertashop anjlok menjadi 16.000 liter per bulan. Kini dengan harga Pertamax di angka Rp14.000 per liter, kerugian Pertashop diprediksi kian membengkak karena beralihnya pengguna BBM ke Pertalite.