Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina Geothermal Energy ( PGE ) menargetkan kenaikan valuasi menjadi US$1 miliar dan menjelma perusahaan energi hijau berkelas dunia pada 2030. Salah satu upayanya adalah meningkatkan kapasitas pembangkit panas bumi yang dioperasikan dari 627 MW menjadi 1.500 MW.
Direktur Utama PGE, Ahmad Subarkah Yuniarto, mengatakan target tersebut merupakan aspirasi dari pemegang saham atau Kementerian BUMN selaku perwakilan pemerintah.
Menurut Ahmad, pengembangan energi panas bumi berperan penting untuk mendukung program dekarbonisasi dan mendorong target net zero emission pada 2060. "Kami yakin panas bumi bisa jadi game changer dalam transisi energi dan upaya percepatan transisi energi," ujarnya dalam webinar bertajuk "Masa Depan industri Panas Bumi", Rabu (6/10).
Selain itu pemanfaatan panas bumi juga penting sebagai sumber energi masa depan yang dapat mendukung kemandirian nasional. "Tentunya juga ketahanan energi ini dicapai karena availability factor, stability, dan dispatchability listrik panas bumi sebagai green baseload di masa depan adalah kunci untuk pengembangan EBT di masa depan," tuturnya.
Diversifikasi Usaha
Kendati masih berfokus pada pemanfaatan panas bumi untuk listrik secara langsung, Ahmad mengatakan perusahaannya juga tengah mengkaji diversifikasi bisnis untuk memperluas portofolio perusahaan ke depannya.
"Kami ingin berkembang dan melakukan diversifikasi portofolio usaha, beyond energy dengan melihat peluang yang ada di Indonesia dan environmental impact yang signifikan. Kami juga berharap pada 2030 kami bisa berpartisipasi mengurangi emisi lebih dari 8 juta ton CO2e per tahun," jelasnya.
Diversifikasi usaha yang dimaksud bisa dicapai salah satunya dengan pendekatan codevelopment, cogeneration, dan coprocessing. Dengan cara ini, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi panas bumi di wilayah kerja PHE akan memberikan banyak nilai tambah.
Misalnya, dalam tahap eksplorasi, PGE tidak akan sekadar melakukan pengeboran untuk mencari sumber daya geotermal, tetapi juga melihat apa saja kandungan manfaat yang bisa digunakan untuk menambah value chain.
"Ada beberapa yang sudah mulai kita lakukan. Beberapa yang sudah siap masuk feasibility untuk pilot project, misalnya green hidrogen. Kemudian mengolah salah satu komponen utama dari non condensed security cash di produksi panas bumi yaitu CO2," tuturnya.
Rantai nilai
Selain itu, PGE juga berusaha meningkatkan utilitas pabrik dengan memperpanjang rantai nilainya. "Kami meningkatkan utilitas dengan berproses menggunakan CO2 dan memperpanjang rantai nilainya untuk masuk ke wilayah green pit stock. Apakah kita akan mengembangkan metanol, amonia misalnya. Ini jadi sesuatu yang menarik dan punya nilai yang besar," imbuhnya.
Di luar itu, PGE juga mengaku memiliki riset untuk memanfaatkan mineral ikutan di dalam fluida panas bumi, mulai dari emas, tembaga, hingga logam tanah jarang (rare earth). Kemudian, proyek lainnya adalah menggenjot pariwisata di sekitar kawasan panas bumi untuk mendapat keuntungan.
"Pemanfaatan langsung untuk geo-ecotourism misalnya. Kami juga baru bekerja sama dengan BUMN bidang pariwisata dan kesehatan apakah bisa kita gabungkan potensi geo ecotourism," ujarnya.