PLN Siapkan Sistem Perencanaan Atasi Masalah Supply-Demand EBT

Menargetkan pembangunan transmisi 70.000 km sirkuit.

PLN Siapkan Sistem Perencanaan Atasi Masalah Supply-Demand EBT
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo pada acara Joint Executice Leadership Training PLN di Jakarta, Senin (26/8). (Herka Yanis/IDN)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Sumber-sumber EBT di Indonesia tersebar di berbagai tempat dan sering kali jauh dari pusat-pusat industri yang membutuhkan pasokan listrik.
  • PLN akan membangun green enabling transmission line dan smart grid untuk menambah energi terbarukan sebesar 30 GW dan mengatasi intermitensi pembangkit seperti angin dan solar.

Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, mengatakan bahwa perusahaannya tengah merancang sistem perencanaan untuk mengatasi masalah ketidaksesuaian lokasi antara pusat permintaan dengan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT).

Hal ini diperlukan karena sumber-sumber EBT di Indonesia tersebar di berbagai tempat dan sering kali jauh dari pusat-pusat industri yang membutuhkan pasokan listrik.

Ini berbeda dari pembangkit berbasis energi fosil seperti batu bara dan gas, dengan pembangkit yang bisa dibangun di dekat pusat-pusat permintaan.

"Kami saat ini sedang merancang sistem perencanaan pembangkit, di mana ada yang disebut transisi energi. Kami sedang beralih dari pembangunan berbasis bahan bakar fosil ke pembangunan berbasis energi terbarukan. Ketidaksesuaian ini kami atasi dengan menghubungkan melalui jaringan transmisi hijau [atau green enabling transmission line]," katanya dalam Rakernas Rakornas 5 Relawan Pengusaha Nasional (Repnas), Senin (14/10).

Darmawan menjelaskan bahwa dalam 10 tahun terakhir, PLN telah membangun saluran transmisi—termasuk green enabling transmission line—sepanjang 53.000 km sirkuit untuk mendistribusikan listrik dari pembangkit ke pusat-pusat permintaan. Namun, transmisi tersebut masih belum cukup untuk mengatasi ketidaksesuaian lokasi EBT hingga 2040.

"Hingga tahun 2040, kita akan mencapai sekitar 70.000 km jaringan transmisi, hanya untuk menghubungkan ketidaksesuaian antara lokasi sumber daya dengan pusat permintaan," ujarnya.

Nantinya, dengan jaringan transmisi hijau tersebut, diprediksi akan ada tambahan pembangkit energi baru terbarukan sebesar 30 GW yang dapat memenuhi kebutuhan permintaan industri dan rumah tangga.

"Dengan membangun green enabling transmission line ini, akan ada penambahan energi terbarukan yang sangat besar, lebih dari 30 GW," katanya.

Selain itu, PLN juga akan membangun smart grid untuk mengatasi intermitensi pembangkit seperti angin dan solar (PLTS).

"Karena begitu ada tenaga surya dan angin, muncul variabilitas atau intermitensi. Tanpa smart grid, kita tidak mungkin menambah energi terbarukan yang bersifat variabel seperti tenaga surya dan angin dalam skala besar. Dengan rancangan ini, ke depan 75 persen dari penambahan kapasitas pembangkit kita akan berbasis energi terbarukan," ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024