Jakarta, FORTUNE - Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, meminta adanya pembangunan tanggul pantai dan tanggul laut atau Giant Sea Wall. Menurutnya, proyek tersebut merupakan jawaban atas fenomena naiknya permukaan laut, abrasi, penurunan muka tanah, serta buruknya kualitas hidup masyarakat di pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa .
Hal tersebut dia sampaikan saat menyampaikan keynote speech dalam Seminar Nasional: Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa, Melalui Pembangunan Tanggul Pantai dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall), Rabu (10/01).
Menurut Prabowo, meski dia tidak mengikuti kajian proyek tersebut sejak awal, proyek gagasan tanggul laut raksasa yang sudah belasan tahun digagas tidak boleh lagi ditunda.
Dia mengakui bahwa sebagai Menteri Pertahanan, dia tidak memiliki kapasitas untuk mendorong proyek tersebut. Namun, kata dia, sebagai pemimpin partai politik dia merasa proyek tersebut mendesak.
Pasalnya, dalam beberapa kali berkampanye, dia menyaksikan sendiri kualitas hidup masyarakat pesisir Pantura yang mengenaskan akibat abrasi dan turunnya permukaan tanah.
"Saya melihat dari mulai 2014 sampai sekarang, kalau saya kunjungi, saya melihat keluarga-keluarga itu yang hidup di ruang tidurnya di ruangan makannya, itu air setinggi lutut. Anak-anak mereka hidup di tengah air seperti itu, di tengah lalat, di tengah air, di tengah sampah, membuat saya bertanya kepada diri saya sebagai pemimpin politik, apa yang bisa saya buat untuk segera merubah bukan di kelak kemudian hari tapi segera," ucapnya.
50 juta penduduk terdampak
Dalam kesempatan sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa pertumbuhan di kawasan Pantura— berdasarkan studi Japan International Cooperation Agency (JICA)— mencapai 20 persen dari PDB Indonesia, dengan kegiatan industri, perikanan, transportasi, dan pariwisata.
Kondisi abrasi dan penurunan muka tanah yang terjadi saat ini bisa berdampak pada perekonomian 50 juta orang yang tinggal di kawasan tersebut, katanya.
Beragam ancaman yang mengintai kawasan Pantura Jawa, lanjutnya, juga akan mempengaruhi keberlangsungan aktivitas ekonomi dan meningkatkan potensi bencana bagi jutaan penduduk yang berdiam di daerah tersebut.
Selain itu, fenomena degradasi di Pantura Jawa yang tidak tertangani diperkirakan juga akan mengancam keberadaan dari 70 kawasan industri, 5 kawasan ekonomi khusus, 28 kawasan peruntukan industri, 5 wilayah pusat pertumbuhan industri, serta berbagai infrastruktur logistik nasional seperti bandara, jalur kereta api, hingga pelabuhan.