Jakarta, FORTUNE - Nama PT Teknologi Militer Indonesia (TMI) kembali ramai diperbincangkan usai Anies Baswedan mempertanyakan perusahaan tersebut kepada Prabowo Subianto dalam debat calon presiden ketiga pada Minggu (7/1).
Dalam kesempatan tersebut, Anies meragukan standar etika sang Menteri Pertahanan lantaran jajaran manajemen PT TMI diisi oleh orang-orang yang dekat dengan Prabowo.
"Menjadi presiden panglima tertinggi harus punya standar etika yang tinggi, karena mengambil keputusan, mengerahkan pasukan dan harus ada korban nyawa ketika bertempur, tapi kenyataannya ketika bapak memimpin di Kemenhan, banyak orang dalam pengadaan alutsista," kata Anies saat itu.
TMI sendiri sempat ramai menjadi sorotan pada pertengahan 2021. Pasalnya, perusahaan tersebut dikatikan dengan rencana pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) oleh Kementerian Pertahanan.
Total anggarannya pun tak main-main: US$124 miliar atau lebih dari Rp1.700 triliun—dan rencananya dibiayai lewat utang luar negeri.
Nama PT TMI sendiri mencuat setelah surat Menteri Pertahanan Prabowo Subianto kepada General Director Rosoboronexport, A.A Mikheev, pada 16 November 2020—tiga bulan setelah TMI didirikan—beredar ke publik.
Rosoboronexport merupakan perusahaan Rusia yang mengurusi ekspor dan impor senjata.
Orang dalam Prabowo
Dalam suratnya kepada Direktur Utama Rosoboronexport, Prabowo menyatakan keberadaan perusahaan tersebut sebagai bagian dari upaya ekspor dan impor produk pertahanan. Tak berselang lama, surat ini memicu kontroversi lantaran keberadaan PT TMI dianggap menjadi makelar pengadaan alutsista.
Apalagi belakangan diketahui bahwa PT TMI diisi oleh individu-individu yang memiliki keterkaitan erat dengan Prabowo. Komisaris utama perusahaan ini adalah Mayor Jenderal (Purn) Glenny Kairupan, teman satu angkatan Prabowo dan pernah bertugas sebagai Direktur Penggalangan Badan Pemenangan Nasional Prabowo dan Sandiaga Uno pada Pilpres 2019.
Selain itu, tiga komisaris lainnya merupakan kader Partai Gerindra, yaitu Angga Raka Prabowo (Wakil Sekretaris Jenderal Gerindra), Yudi Magio Yusuf, dan Prasetyo Hadi (Anggota DPR dari Gerindra). Posisi Direktur Utama dipegang oleh Wakil Ketua Umum Tunas Indonesia Raya, Satrio Dimas Aditya.
Analis pertahanan dari Universitas Pertahanan Indonesia, Connie Rahakundini Bakrie, menyatakan keheranannya atas PT TMI. Ia menyatakan bahwa perusahaan ini terlihat baru didirikan dan sudah diberikan kewenangan untuk membeli alutsista atas nama Kementerian Pertahanan. Selain itu, ia mencatat kondisi fisik gedung dan signage PT TMI yang terbuat dari kertas.
Kementerian Pertahanan sempat membantah keberadaan PT TMI ketika perusahaan ini menjadi sorotan publik. Namun, Connie menilai bantahan tersebut tidak masuk akal karena saat berkunjung ke PT TMI, dia tidak sendirian.
Pada situs resminya, PT TMI diperkenalkan sebagai platform strategis untuk melakukan akuisisi teknologi inovatif untuk meningkatkan sektor pertahanan dan keamanan nasional. Selain itu, mereka mengeklaim sebagai integrator sistem bagi manajemen pertempuran yang mewujudkan pengembangan teknologi militer yang maju.