Jakarta, FORTUNE - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan industri turunan untuk produk katoda tembaga di Indonesia sudah mulai bermunculan. Hal ini menjadi kabar baik bagi PTFI yang akan segera merampungkan smelternya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur.
"Beberapa waktu lalu Pak Presiden ke Gresik ya, sekalian juga beliau melihat perusahaan Cina, Hailiang, yang sudah siap untuk mengkonsumsi katoda tembaga yang akan dihasilkan oleh Freeport," ujarnya dalam Indonesia Data and Economic Conference Katadata 2023, Kamis (20/7).
Sebagai informasi, Hailiang Group—salah satu produsen pipa dan batang tembaga terbesar di dunia—membangun pabrik foil tembaga terbesar di Asia Tenggara di JIIPE, Gresik dengan bendera PT Hailiang Nova Material Indonesia.
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Shenzhen ini memiliki 22 area produksi tersebar di China, Asia Tenggara seperti Vietnam, Thailand, Indonesia, hingga Eropa dan Amerika Serikat.
Di Gresik, pabrik foil tembaga berkapasitas 100 ribu ton yang mereka bangun akan menyerap investasi sebesar US$860 juta. Foil tembaga sendiri digunakan sebagai pengumpul (kolektor) arus listrik di kutub negatif (anoda) baterai kendaraan listrik (electric vehicle/ EV). Pada Selasa (20/6) lalu, Presiden Joko Widodo turut menyaksikan proses peletakan batu pertama alias groundbreaking fasilitas tersebut.
Butuh industri hilir
Menurut Tony, industri hilir tembaga perlu dibangun di dalam negeri. Sebab, proyek smelter baru senilai US$3 miliar yang tengah mereka bangun bisa mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga dan menghasilkan 600 ribu ton katoda tembaga per tahun.
Kapasitas produksi itu dua kali lipat lebih besar dari fasilitas serupa yang dioperasikan PT Smelting—usaha patungan PTFI dengan Mitsubishi Materials Corporation (MMC) Jepang.
Tanpa kesiapan industri hilir, ia memprediksi bahwa katoda tembaga yang mereka hasilkan tak bisa terserap di dalam negeri ketika pabrik tersebut beroperasi pada Mei 2024.
Bahkan dari 300 ribu ton katoda tembaga yang diproduksi Smelting saat ini saja, hanya 50 persen yang bisa dijual di pasar dalam negeri. Sisanya, sekitar 150 ribu ton, diekspor ke Jepang.
"Memang kalau kita bicara 3-4 tahun yang lalu industri yang lebih hilir lagi belum muncul. Tapi begitu sekarang mereka sudah melihat bahwa oh ternyata smelternya Freeport tuh udah 75 persen progressnya. Kalau 3 tahun yang lalu masih 20% progressnya mereka bilang nanti aja lah kita pikirin gitu. Maksudnya industri yang lebih hilir lagi. Sekarang udah mulai muncul," jelasnya.