Jakarta, FORTUNE - Kebakaran di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang milik PT Pertamina (Persero) di Koja, Jakarta Utara, mewarnai headline media massa pada akhir pekan lalu. Insiden yang terjadi pada Jumat (3/3) malam dan menyebabkan 19 orang meninggal dan 40 orang luka-luka itu menambah rentetan kecelakaan kerja yang terjadi dalam kegiatan hulu hingga hilir Pertamina.
Sebelum terjadi ledakan fatal di TBBM Plumpang, Pertamina juga pernah menyaksikan operasionalnya memakan korban jiwa, seperti terjadi di Blok Rokan, salah satu wilayah kerja migas Pertamina, pada 18 Januari 2023.
Dalam kecelakaan tersebut, seorang pekerja mitra Pertamina Hulu Rokan (PHR) tewas di lokasi rig sumur 5D-28 Kampung Minas Barat, Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Riau. Peristiwa itu diduga terjadi akibat terlepasnya FOSV atau full opening safety valve dari pengait Air Hoist.
Kurang dari sebulan, pada 13 Februari 2021, dua pekerja Pertamina Adera Field milik Pertamina EP mengalami kecelakaan kerja.
Salah seorang korban, yakni Efriadi (35) warga Desa Raja Barat, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) Sumatera Selatan (Sumsel), meninggal pada Jumat (10/2), di lokasi rig NRem -04 yang beroperasi di sumur BNG-34, Pertamina Hulu Rokan Field Adera yang berada di Desa Benuang, Kecamatan Talang Ubi, Sumatera Selatan.
Pada akhir Februari tahun yang sama, kecelakaan kerja kembali terjadi di Blok Rokan. Tiga orang pekerja tewas dalam tangki atau kontainer limbah di areal PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), di Kabupaten Rokan Hilir, Riau.
Ketiga korban, yang merupakan pekerja dari PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI), masing-masing bernama Hendri (54), Ade (37) dan Dedi (44).
Akibat berulangnya kecelakaan kerja di Blok Rokan, DPRD Riau sampai membentuk panitia khusus (Pansus) untuk menindaklanjuti insiden yang kerap terjadi dan memakan korban jiwa.
Ketua DPRD Riau, Yulisman, di Pekanbaru (1/1) mengatakan usulan pembentukan pansus ini bertujuan untuk menyelesaikan persoalan yang terus terulang.
Pihaknya telah pernah memanggil manajemen PT Pertamina Hulu Rokan, namun pimpinan PHR tidak datang karena berbagai alasan alih-alih telah ada tujuh nyawa melayang. Ditambah kejadian Jumat (24/2) kemarin, ada tiga pekerja tewas. Secara keseluruhan, telah ada 10 korban di area Blok Rokan.
"Kita tidak main-main soal nyawa manusia dan saya berharap ini harus ditanggapi dengan serius," kata Yulisman seperti dikutip Antara.
Adapun di TBBM Plumpang, yang merupakan bagian dari bisnis hilir Pertamina, kecelakaan kerja terjadi sekitar pukul 20.20 WIB. Kebakaran yang melalap fasilitas BBM tersebut merembet ke pemukiman warga dengan radius sekitar 1 km.
Korban dirawat di beberapa rumah sakit seperti RS Tugu, RS Pelabuhan, RS Mulia Sari, dan RS Koja. Untuk korban meninggal, saat ini berada di Pos Koramil 1 Koja, Jakarta Utara.
Hingga saat ini, Pertamina telah membentuk tim gabungan dengan PT Pertamina Patra Niaga serta aparat kepolisian untuk menelusuri penyebab kejadian.
Ledakan TBBM Plumpang bukan yang pertama
Ledakan TBBM Plumpang bukan baru kali ini terjadi. Pada 18 Januari 2009, insiden serupa menimpa Depo BBM tersebut. Kebakaran saat itu diawali dengan tiga ledakan keras yang membuat warga Tanah Merah, di sekitar lokasi TBBM, lari berhamburan.
Insiden berulang pada fasilitas Pertamina tersebut membuat Menteri BUMN, Erick Thohir, mengatakan bakal menata ulang depo bahan bakar minyak Plumpang.
"Tentu titik dari masyarakat masih terlalu dekat. Ini yang mau kami zoning ulang," kata Erick dalam konferensi pers seusai mendampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin bertemu para warga korban kebakaran pipa penerimaan bahan bakar di Terminal BBM Plumpang, Sabtu (4/3).
Menurut Erick, tata ulang depo tersebut tidak hanya untuk Pertamina, tapi juga PLN maupun PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) di Sumatera Selatan agar ada batasan keamanan masyarakat tinggal.
"Memang sejak awal kami sudah menekankan kepada seluruh BUMN yang masuk menjadi kawasan objek vital, saya rasa tidak hanya kilang, tetapi juga pupuk yang saya tinjau di Sumatera Selatan buffer antara titik keamanan dan titik masyarakat masih terlalu dekat," ungkap Erick.
Dengan terbakarnya depo Pertamina Plumpang, Erick menyebut Pertamina akan segera mencari solusi terhadap permukiman penduduk yang berada di area sekitar depo BBM maupun kilang.
"Semoga ini menjadi solusi supaya masyarakat mengerti kawasan itu tidak aman, jangan ditinggali kembali," kata Erick.