Rupiah Ditutup Rp15.938 per US$ di Akhir Pekan, Melemah 0,12 Persen

Rupiah kian dekati level psikologis Rp16.000 per US$.

Rupiah Ditutup Rp15.938 per US$ di Akhir Pekan, Melemah 0,12 Persen
ilustrasi uang (unsplash.com/Mufid Majnun)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Nilai tukar rupiah ditutup Rp15.938/US$ pada akhir pekan, Jumat (27/10).

Posisi tersebut melemah 19 poin atau 0,12 persen dari level Rp15.894 pada awal perdagangan. Dus, dalam sepekan, rupiah telah mengalami depresiasi 0,41 persen.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB menguat 0,05 persen menjadi 106,65 atau lebih tinggi dari penutupan perdagangan Kamis (27/10) pada level 106,60.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assaubi, mengatakan pelemahan rupiah disebabkan ketidakpastian eksternal di tengah konflik Israel-Palestina.

Pernyataan Pentagon bahwa serangan terhadap pasukan AS telah meningkat sejak dimulainya konflik Israel-Palestina awal bulan ini memicu kekhawatiran atas eskalasi konflik Timur Tengah yang lebih luas.

Selain itu, data inflasi AS juga menjadi fokus investor jelang pertemuan Fed. Meski bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil, Fed Fund Rate diperkirakan akan tetap bertahan pada level tinggi untuk jangka waktu lebih lama. 

"Tanda-tanda inflasi AS yang stagnan memberi Fed lebih banyak dorongan untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi," ujarnya, Jumat (27/10).

Selain itu, tanda-tanda ketahanan perekonomian AS, menyusul data produk domestik bruto (PDB) AS yang lebih kuat dari perkiraan untuk kuartal ketiga, juga memberikan ruang bagi Fed untuk mempertahankan suku bunganya lebih tinggi.

Kondisi internal 

Sedangkan kondisi internal yang mempengaruhi pergerakan rupiah antara lain optimisme bahwa perekonomian Indonesia pada kuartal ketiga 2023 diproyeksi tumbuh 5,1 persen secara tahunan (yoy). 

"Pertumbuhan ekonomi tersebut diperkirakan melambat jika dibandingkan dengan capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2023 yang sebesar 5,17 persen yoy," ujarnya.

Selain itu, di tengah situasi yang cukup menekan dan dinamis, konsumsi domestik juga masih mampu dijaga melalui berbagai alat kebijakan dan instrumen dalam negeri.

"Penopangnya adalah Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tercatat sebesar 121,7 pada September 2023, meski dinamika global semakin menantang," jelasnya.

Sejalan dengan pemerintah, lembaga-lembaga internasional juga memperkirakan perekonomian Indonesia masih resilient pada kisaran 5 persen.

Proyeksi OECD tercatat sedikit lebih rendah, yakni 4,9 persen.

"Untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup melemah pada rentang Rp15.910-Rp15.970 per US$," ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Profil Rahmat Shah, Pengusaha Sukses dan Ayah Raline Shah
Berapa Harga 1 Lot Saham BBRI? Ini Rincian dan Kinerjanya
Profil Pemilik Kopi Tuku, Rintis Usaha dari Tugas Kuliah
4 Sosok Konglomerat Pengendali Saham CBDK usai Debut IPO
Layanan Marketplace Bukalapak Tutup, Dampak dari Predatory Pricing
Hashim Djojohadikusumo Beli Induk WIFI, Saham Sentuh ARA