Jakarta, FORTUNE - Nilai Tukar Rupiah dibuka melemah pada perdagangan Senin (13/5) pagi. Mata Uang Garuda mengalami penurunan 31 poin atau 0,20 persen ke Rp16.078 per US$.
Pada perdagangan Jumat (10/5) sore, rupiah ditutup di level Rp16.047 per US$, naik tipis 1 poin atau 0,07 persen.
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra memperkirakan, rupiah masih akan berkonsolidasi dan berpotensi tertekan terhadap dollar AS hari ini. Pasalnya, pelaku pasar menantikan data penting inflasi konsumen dan produsen AS yang akan dirilis pekan ini.
Meskipun pasar meyakini bank sentral AS tidak akan menaikan suku bunga acuannya tahun ini, Ariston berpandangan bahwa The Fed juga tidak terburu-buru memangkas suku bunga acuannya. Dus, pelaku pasar tetap harus melihat data-data ekonomi dan pernyataan pejabat baru The Fed untuk menguatkan ekspektasi mengenai masa depan suku bunga acuan AS ini.
"Sikap the Fed yang masih belum yakin 100 persen untuk memangkas suku bunganya menyebabkan dollar AS masih berpotensi menguat terhadap nilai tukar lainnya, apalagi bila data AS masih menunjukkan hasil yang bagus," katanya kepada Fortune Indonesia.
Pagi ini indeks dollar AS menguat tipis ke level 105,35 dibandingkan penutupan akhir pekan lalu di level 105,31. Menurut Ariston, rupiah berpotensi melemah dan bergerak ke level Rp16.080 per US$ dengan peluang support di kisaran Rp16.000 per US$.
"Sentimen positif untuk rupiah datang dari dalam negri dimana pertumbuhan PDB kuartal pertama 2024 yang masih berhasil mencetak angka di atas 5 persen," jelasnya.
Mata uang Asia
Senada dengan Rupiah, pergerakan mayoritas mata uang kawasan Asia juga melemah pada perdagangan pagi ini. Terpantau hanya Rupe India yang mengalami penguatan tipis sebesar 0,01 persen.
Sementara Yen Jepang terpantau melemah 0,04 persen, Dolar Hongkong melemah 0,02 persen, Dolar Singapura turun 0,01 persen, Dolar Taiwan turun 0,10 persen, Won Korea melemah 0,13 persen, dan Peso Filipina turun 0,042 persen.
Kemudian, Yuan China tercatat turun 0,10 persen, Ringgit Malaysia turun 0,14 persen dan Bath Thailand turun 0,08 persen.
Adapun mata uang di negara maju terpantau bergerak variatif, dengan Euro begerak menguat 0,04 persen dan Poundsterling naik 0,05 persen'; sedangkan Dolar Kanada turun 0,10 persen dan Franc Swiss turun 0,14 persen.