Sektor Properti Lesu, Penjualan Semen Indonesia Group Tertekan di 2022

Semen Indonesia lakukan cost leadership untuk bertahan.

Sektor Properti Lesu, Penjualan Semen Indonesia Group Tertekan di 2022
Ilustrasi pekerja Semen Indonesia Group. (Website SMGR)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Dony Arsal mengatakan, industri semen dalam negeri tengah mengalami tekanan akibat penurunan permintaan sepanjang tahun ini. Kondisi tersebut tercermin dari melambatnya pertumbuhan sektor konstruksi dan real estate yang selama ini jadi katalis permintaan semen dalam negeri.

"Secara PDB kita tumbuh di kuartal 3 itu 5,72 persen (year on year/yoy). Namun sektor konstruksi dan real estate tidak mengikuti sesuai dengan pertumbuhan PDB. Dan terlihat bahwa pertumbuhan (konstruksi) di kuartal 1 sebesar 4,83 persen, malah menurun menjadi 0,63 persen sampai kuartal 3 2022," ujaranya di Komisi VI DPR, Selasa (29/11).

Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan sektor konstruksi dan real estate, Dony memperkirakan permintaan semen secara nasional akan berkurang 2-3 persen (yoy) hingga akhir tahun mendatng. Kontribusi penurunan tersebut, kata dia, terutama berasal dari segmen ritel yng kontribusinya 70-75 persen dari total permintaan semen domestik.

"Jadi untuk tahun ini sampai Oktober permintaan itu sudah turun 16,7 persen dibandingkan tahun lalu yang mengalami peningkatan sebesar 5,5 persen," tuturnya.

Dony memperinci, segmen ritel dengan kontribusi terbesar dari total permintaan telah berkurang sebesar 8,8 persen (yoy) hingga Oktober lalu. Sementara untuk segmen proyek--yang produknya merupakan semen curah--mengalami kenaikan 14,9 persen.

"Hanya saja kontribusi dari proyek itu hanya sekitar 20 sampai 25 persen dari total permintaan sehingga kalau kita net-kan, masih terdapat penurunan dari total permintaan yang dikontribusi oleh retail yang tiba-tiba mengalami penurunan signifikan di tahun ini," ucapnya.

Dengan kondisi demikian, jika dilihat dari sisi total permintaan nasional, pasar semen domestik tahun ini akan berada dalam kondisi over supply. Pasalnya, dengan kapasitas produksi 119 juta ton per tahun permintaan diperkirakan hanya sebesar 65 juta ton per tahun. "Jadi hampir mencapai 95 persen dari total permintaan over supplynya," jelasnya.

Strategi bertahan

Tak hanya turunnya permintaan, Semen Indonesia Group juga dihadapkan pada masalah tingginya harga batu bara. Meski Semen Indonesia Group bisa memperoleh harga DMO 100 persen di tahun ini, tutur Dony, namun tahun lalu harga DMO hanya bisa diperoleh di kuartal IV. "Sehingga secara cost dari batu baranya dibandingkan tahun lalu naik cukup signifikan," jelasnya.

Menurut Dony, tekanan biaya produksi dan kondisi oversupply adalah dua kombinasi yang tidak menyenangkan bagi pelaku bisnis semen di Indonesia. Terelebih, tekanan terhadap biaya produksi tak bisa dengn mudah di-pass through ke konsumen dalam kondisi pasar yang kelebihan pasokan.

"Price war juga hanya akan mengurangi revenue karena kompetitor dengan free competition dan banyaknya pemain juga akan melakukan langkah sama. Sehingga kenaikan harga ini kita harapkan bisa mengkompensasi penurunan harga. Karena disparitas harga akan semakin tinggi di pasar," ungkapnya.

Lantaran itu lah, Semen Indonesia melakukan penetrasi lebih dekat ke konsumen dengan marketing sales yang lebih masif agar kontribusi penjualan ke EBITDA masih positif. Hal lain yang dilakukan adalah efisiensi internal dengan operational excellence dan cost leadership salah satunya dengan meningkatkan termal substitution rate.

"Kami juga perbanyak mengganti batu bara dengan sampah kota dan industri dengan sekam. Sehingga disamping efisiensi juga support program pemerintah dalam dekarbonisasi. Itu yang kita lakukan untuk memperbaiki margin dan operasional excellence dengan cost leadership supaya bisa tetap unggul dalam persaingan," pungkasnya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024