Sri Mulyani Minta Para CEO Panggil CFO, Tanya Dampak Pelemahan Rupiah

Kesehatan APBN terus dijaga di tengah tekanan eksternal.

Sri Mulyani Minta Para CEO Panggil CFO, Tanya Dampak Pelemahan Rupiah
Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI. (Flickr)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mewanti-wanti para CEO di Indonesia untuk memitigasi dampak depresiasi nilai tukar rupiah terhadap neraca perusahaannya masing-masing.

Pasalnya, indeks dolar telah berada pada level cukup tinggi, yakni 106, dan hal tersebut berdampak pada pelemahan mata uang lain di banyak negara.

"Para CEO tolong panggil CFO-nya dan tanyain exposure-nya ada enggak terhadap perubahan yang sangat berubah cepat ini," ujarnya dalam Kompas110 CEO Forum, Rabu (1/11).

Akan hal pemerintah, Sri Mulyani mengatakan hingga saat ini koordinasi terus dilakukan dengan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dari guncangan eksternal.

"Dengan KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) juga terus mengecek apakah sektor keuangan cukup resilient terhadap adanya tekanan yang luar biasa," ujarnya.

Dia mengatakan APBN yang tetap sehat di tengah tekanan tersebut juga sangat penting untuk memastikan program-program jangka panjang pemerintah tetap bisa berjalan. Salah satunya, dalam mendorong transisi energi dari berbasis fosil menuju energi baru terbarukan.

Ia mencontohkan transisi subsektor ketenagalistrikan, yang digawangi Perusahaan Listrik Negara (PLN).

"Pak Darmawan Prasodjo (Dirut PLN) ngomong terus, 'Bu, saya mau transisi energi hijau'. Itu kemudian dia memerlukan investasi banyak: transmisi, distribusi, kemudian smart grid sampai power generator harus diubah menjadi renewable. Dari mulai asetnya yang sekarang tidak renewable, harus menjadi renewable konsekuensinya sangat banyak," katanya.

PLN memang memiliki pendapatan kotor cukup besar hingga Rp540 triliun. Namun, dalam menjalankan transisi energi, perusahaan tersebut tidak bisa bergerak sendiri tanpa bantuan pemerintah.

"Pasti ada banyak sekali konsekuensi dari sisi capex (belanja modal)[...]. Itu akan membutuhkan satu strategi fiskal jangka panjang yang luar biasa," ujarnya.

Karena itu, jika kesehatan APBN tidak dijaga, maka ia akan menjadi sumber masalah ketika tekanan eksternal datang.

"Coba lihat Argentina yang mengalami krisis, atau Yunani yang waktu itu mengalami. Akan mudah sekali mengalami side-back begitu APBN-nya sakit. Makanya APBN sehat itu adalah salah satu prakondisi yang harus dijaga," ujarnya.

Sri Mulyani mengaku telah berdiskusi dengan PLN mengenai berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk transisi energi, mulai dari konversi batu bara, peningkatan lebih banyak pembangkit energi baru terbarukan, dampak terhadap neraca PLN, hingga pengaruhnya terhadap tarif harga listrik.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya